Page 31 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 Februari 2021
P. 31

BUKTI INSENTIF YANG NIREFEKTIF

              Efektivitas tax allowance dan tax holiday terbukti sangat rendah. Hal itu tecermin dalam rencana
              pemerintah  yang  akan  mencabut  atau  membatalkan  fasilitas  tersebut  kepada  investasi  yang
              tidak memiliki dampak besar terhadap perekonomian nasional.

              Pencabutan  juga  bisa  dilakukan  apabila  perusahaan  penerima  insentif  tidak  merealisasikan
              komitmen penanaman modalnya di Tanah Air.

              Sebenarnya, indikasi nirefektifnya insentif yang dikucurkan oleh pemerintah telah dipaparkan
              oleh Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan beberapa waktu lalu.

              BKF dalam Laporan Belanja Perpajakan 2019 mencatat bahwa jumlah potensi penerimaan pajak
              yang hilang dari kebijakan tax allowance mencapai Rp1,03 triliun pada 2017 dan Rp0,79 triliun
              pada tahun berikutnya.
              Fasilitas tax allowance pun, tulis BKF, tidak terbukti dapat memberikan efek yang diharapkan
              oleh pemerintah.

              Adapun mengenai tax holiday, data BKF menunjukkan, sejak 2018–Oktober 2020, dari 82 wajib
              pajak  yang  menerima  insentif  jenis  ini,  tercatat  hanya  tiga  wajib  pajak  yang  merealisasikan
              penanaman modal.

              Sebanyak 82 wajib pajak itu mencatatkan investasi senilai Rp1.261,2 triliun. Adapun nilai dari
              tiga wajib pajak yang merealisasikan penanaman modal bernilai Rp27,15 triliun.

              Staf  Khusus  Menteri  Keuangan  Bidang  Komunikasi  Strategis  Yustinus  Prastowo  mengatakan
              langkah pengetatan ini dilakukan sebagai salah satu mitigasi risiko untuk menjaga efektivitas
              insentif yang diberikan.

              “Idealnya pemberian insentif ada trade off dengan nilai tambah ekonomi. Itu logika tax holiday,”
              kata Prastowo kepada Bisnis, Rabu (3/2).
              Akan tetapi, sejauh ini pemerintah masih belum merilis payung hukum terkait dengan kebijakan
              tersebut. “Ini rancangan kebijakan dan ini adalah bagian dari mitigasi risiko dan fairness,” tegas
              Prastowo.

              Saat ini, implementasi tax holiday masih menggunakan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No.
              130/2020 tentang Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan.

              Beleid  itu  mengamanatkan  wajib  pajak  penerima  insentif  harus  merealisasikan  rencana
              penanaman modal maksimal 1 tahun setelah menerima fasilitas tersebut.

              Akan  tetapi,  regulasi  itu  belum  megakomodasi  ketentuan  terkait  dengan  pencabutan  atau
              pembatalan pemberian insentif.
              Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklaim telah menjalin kesepakatan
              dengan Kemenko Perekonomian dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) terkait dengan
              kebijakan pengetatan ini.

              “Kami sepakat kalau berbagai fasilitas itu tidak menghasilkan apa-apa dan mungkin perusahaan
              telah dapat tapi tidak direalisasi, kita dapat lakukan pembatalan terhadap fasilitas tersebut,” kata
              Menkeu.

              Sri Mulyani menambahkan, nantinya akan ada key performance index (KPI) atau capaian yang
              harus dikejar oleh penerima fasilitas perpajakan tersebut. Indikator itu akan dijadikan tolok ukur
              terkait dengan efektivitas insentif ke perekonomian nasional.

                                                           30
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36