Page 189 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2020
P. 189

"UU Cipta Kerja baru di- launching . Belum akan berdampak tahun ini secara signifikan. Tapi dari
              sisi ide, konsep, dan semangatnya ingin membuka ruang penyerapan tenaga kerja yang lebih
              optimal atau lebih besar," kata I Dewa Gede Karma Wisana di Jakarta, Selasa (10/11).

              Dia melihat, inti dari UU Cipta Kerja adalah memberikan ruang kepada industri untuk merekrut
              tenaga kerja yang lebih banyak. Apalagi kini persaingan dunia kerja yang semakin kompetitif.

              Lebih jauh menurut I Dewa Gede Karma Wisana, ada beberapa mekanisme untuk menyerap
              tenaga kerja yang lebih optimal. Pertama, ada beberapa klaster yang dibahas secara simultan di
              UU Cipta Kerja sehingga beberapa aspek dalam pembukaan unit usaha, investasi, peluang bisnis
              yang dibangun menjadi lebih jelas dan lebih sinergis.

              UU nomor 11/2020 juga merevisi soal aturan perizinan usaha, aturan ketenagakerjaan, aturan
              permodalan investasi, aturan lingkungan meskipun masih ada perdebatan. "UU Ini mengatur
              beberapa aspek secara simultan," kata dia.

              Ada beberapa aspek yang selama ini di bidang ketenagakerjaan dianggap menjadi biaya tinggi
              bagi industri, perusahaan, dan investor. Semua itu dalam UU Cipta Kerja diatur ulang. Misalnya,
              soal pesangon tenaga kerja yang pengalinya diturunkan. Namun, aturan tersebut akan berlaku
              bagi pekerja yang sudah lama bekerja.

              Selama ini industri selalu mengeluhkan tingginya membayar pesangon pekerja lama apabila ingin
              meregenerasi dengan pekerja baru dan muda. Ke depannya, ada ruang untuk meningkatkan
              proteksi atau perlindungan ke pekerja tidak hanya menjadi ranah pemerintah ataupun ranah
              industri lewat Jaminan Kehilangan Pekerjaan.

              Indonesia  Butuh  58  Juta  Tenaga  Kerja  Kerah  Putih  di  2030  "Industri  sulit  merekrut  karena
              pertama mahal, upah minimum dan tunjangan-tunjangan yang lain, plus ada pekerja-pekerja
              yang tidak produktif tapi kalau saya berhentikan saya harus mengasih pesangon yang cukup
              besar. Itu sangat memberatkan industri," terangnya.
              Editor : Ilham Safutra.





































                                                           188
   184   185   186   187   188   189   190   191   192   193   194