Page 19 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2020
P. 19
SEKTOR DIGITAL JADI INCARAN PEKERJA LEPAS
Jumlah freelancer melonjak akibat pandemi.
Pemangkasan jumlah pekerja akibat pandemi Covid-19 memaksa penduduk usia kerja memburu
pendapatan tanpa status keterikatan dengan perusahaan. Meski jumlahnya terus meningkat,
Ketua Umum Asosiasi e-Commerce Indonesia (idEA) Bima Laga mengatakan, tren bekerja lepas
alias freelcince sebenarnya sudah diminati dalam dua tahun belakangan.
Gonjang-ganjing perekonomian akibat wabah corona membuat jumlah pekerja lepas melonjak.
"Peningkatan akses teknologi dan digitalisasi profesi memungkinkan berbagai posisi tidak perlu
berkantor secara harian," ucapnya kepada Tempo, kemarin.
Menurut Bima, pekerja aktif yang didominasi usia muda atau kelompok milenial cenderung
nyaman bekerja dengan waktu yang fleksibel. Niat itu kian kuat saat masa pandemi, terutama
mereka yang tersingkir dari pekerjaan tetapnya karena program efisiensi, termasuk yang
dirumahkan tanpa gaji.
Di luar itu, dia melanjutkan, ada juga angkatan kerja baru yang harus berinovasi dengan waktu
luangnya karena belum terserap aktivitas ekonomi di kala pandemi.
Sektor kerja berbasis daring dianggap sebagai salah satu incaran utama pekerja lepas. "Banyak
pelaku bisnis yang merambah ke kanal online, tentu membuka kesempatan kerja," tutur Bima.
Terlebih, kata dia, industri digital Indonesia masih memerlukan 9 juta talenta dalam 15 tahun ke
depan.
Dari catatan idEA, setidaknya ada belasan jenis pekerjaan utama bagi freelancer sektor digital
yang cukup menjanjikan, lantaran sedang dibutuhkan industri saat ini. Pekerja bisa menjadi
analis dan konsultan bisnis, periset pasar, pengumpul dan peneliti data, desainer grafis dan situs
web, editor foto, bahkan programmer lepas. Ada juga peluang kerja digital marketer, penulis
konten daring, jasa mesin telusur (search engine optimizatiori). "Atau bisa juga voice over untuk
materi iklan," ucapnya.
Tren pertumbuhan penggarap proyek tak tetap itu tampak dalam data Badan Pusat Statistik
(BPS). Dibanding pada Agustus tahun lalu, jumlah freelancer yang digolongkan BPS sebagai
pekerja paruh waktu ini bertambah 26 persen secara tahunan, atau naik 4,3 juta menjadi 33,34
juta pada Agustus 2020. Persentase pekerja informal alias yang berstatus usaha sendiri pun
dominan hingga 60,4 persen, dibandingkan dengan pekerja formal yang hanya sekitar 39 persen
dari total masyarakat pekerja.
Direktur Eksekutif Indonesia Information and Communication Technology Institute, Heru Sutadi,
mengatakan tipe karier kerja lepas yang berbasis proyek cukup menjanjikan untuk bertahan
selama masa pandemi. Dalam jangka pendek, dia menilai, pekerjaan tetap masih akan sulit
dikejar. "Yang fulltime pun seolah-olah freelance karena banyak waktu dihabiskan di rumah,"
ujarnya.
Meski begitu, para pekerja lepas masih harus meningkatkan kemampuan agar dapat menyerap
proyek dan terlibat dalam bisnis formal. "Freelance hanya sebagai batu loncatan karena tidak
dapat fulltime. Kepastian masa depan masih tergantung fulltime, kecuali bagi yang memulai
usaha sendiri," kata Heru.
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Bidang Ketenagakerjaan dan Hubungan
Industrial, Anton Supit, mengakui besarnya tren pertumbuhan jumlah freelancer lantaran potensi
pundi-pundi yang tidak terbatas pada jumlah dan waktu tertentu, seperti gaji bulanan.
18