Page 282 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 NOVEMBER 2020
P. 282

APINDO NGOTOT, PLENO DEWAN PENGUPAHAN DEADLOCK

              Pembahasan  upah  minimum  kabupaten/kota  yang  dilakukan  Dewan  Pengupahan  Kabupaten
              Sukoharjo telah berakhir. Rapat gagal menghasilkan kesepakatan angka UMK tahun 2021.

              Diketahui rapat Dewan Pengupahan Kabupaten Sukoharjo berlangsung alot, setidaknya rapat
              sudah  digelar  hingga  empat  kali.  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo),  masih  berpegang
              teguh  mengikuti  surat  edaran  Kemenaker  nomor  M/11/HK/X/2020  tentang  penetapan  upah
              tahun 2021 pada masa Pandemi Covid-19.

              "Unsur  pengusaha  (Apindo)  mengusulkan  UMK  tahun  2021  sama  dengan  tahun  2020,"  kata
              Kabid  Perhubungan  Industrial  Dinas  Perindustrian  dan  Tenaga  Kerja  (Dispenaker)  Sukoharjo
              Suharno, Senin (9/11).

              Kemudian,  Serikat  Pekerja  juga  masih  ngotot  ada  kenaikan  UMK  2021  sesuai  Peraturan
              Pemerintah (PP) 78 tahun 2015. Dengan berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi 3,27
              persen.

              "Karena deadlock, kita serahkan ke Bupati. Nanti Bupati yang menentukan," ucap Suharno.

              Menurut Suharno, rapat ke empat ini adalah rapat terakhir, sehingga sudah tidak ada lagi rapat
              membahas UMK 2021. Suharno belum bisa berkomentar banyak, karena hasil rapat yang tidak
              ada kesepakatan naik atau tetapnya UMK belum ada sepakat.

              "Ya menunggu Bupati, apakah sama dengan UMK 2020 atau naik," terangnya.

              Terpisah,  Sekretaris  Serikat  Pekerja  Republik  Indonesia  (SPRI)  Sukoharjo  Sigit  Hastomo
              mengaku,  pihaknya  sudah  mengambil  opsi  tengah-tengah.  Bukan  saja  berpegang  pada  PP
              78/2015 saja, melainkan juga melihat kondisi real ekonomi.

              "Kalau berpedoman PP 78/2015 dimana patokannya inflasi dan pertumbuhan ekonomi, sesuai
              data BPS 3,27 persen pertumbuhan ekonomi. Tapi kita kan juga melihat, pertumbuhan ekonomi
              3,27 persen ini sulit. Tahun-tahun sebelumnya kan sampai 8 persen. Kita pertimbangkan itu
              juga," ujarnya.

              Untuk  itu,  pihaknya  melunak,  dengan  mengusulkan  kenaikan  UMK  2,5  persen.  Padahal,
              berdasarkan survei internal yang menjadi bahan pembahasan di dewan pengupahan, pihaknya
              mengusulkan kenaikan UMK 2021 4 sampai 5 persen.

              "Kita juga melihat kondisi perusahaan dan kondisi pandemi. Kenaikan 2,5 persen ini sebagai win-
              win solution," jelasnya.

              Menurut Sigit, karena sudah di serahkan ke Bupati untuk menentukan besaran UMK 2021 maka
              semua pihak harus legawa. Jika naik, perusahaan juga harus fair dengan kenaikan dan tidak ada
              PHK. Demikian juga untuk pekerja, jika UMK 2021 sama dengan UMK 2020 harus legawa juga.

              Reporter: Dhessy Wulandari Editor: Rohmat Haryadi.














                                                           281
   277   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287