Page 72 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 SEPTEMBER 2020
P. 72

Kepala  Bidang  Penempatan  Tenaga  Kerja  Dinas  Tenaga  Kerja  Kabupaten  Indramayu,  Johar
              Manun, menyebutkan, setiap tahun rata-rata ada 22 ribu warga Kabupaten Indramayu yang
              berangkat  ke  luar  negeri  menjadi  TKI.  Mereka  bekerja  di  berbagai  negara,  seperti  Taiwan,
              Hongkong, Jepang, Singapura dan lainnya.

              "Jumlah itu terbesar di Jabar," ujar Johar, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (23/9).

              Johar  mengatakan,  jumlahnya  diperkirakan  lebih  banyak  jika  ditambahkan  dengan    TKI
              Indramayu  yang berangkat melalui jalur ilegal. Menurutnya, keberadaan mereka sulit dideteksi
              karena mereka berangkat tanpa sepengetahuan Disnaker dan menempuh prosedur yang tidak
              resmi.

              Johar menilai, tingginya minat warga untuk menjadi TKI itu karena pekerjaan di luar negeri,
              terutama di sektor informal, hanya membutuhkan pendidikan yang rendah. Dia mengatakan,
              lulusan SMP pun bisa bekerja di luar negeri dan memperoleh gaji yang cukup tinggi.

              Namun, selama masa pandemi Covid-19, Johar menyatakan, tidak ada keberangkatan TKI ke
              luar negeri. Kondisi itu mulai terjadi sejak sekitar Maret 2020.

              Lebih lanjut Johar mengungkapkan, pihaknya selama ini terus berupaya melakukan sosialisasi
              kepada warga yang ingin menjadi TKI agar menempuh prosedur yang resmi. Ha itu dimaksudkan
              agar para TKI memperoleh perlindungan selama bekerja di luar negeri.

              "Rencananya kami akan jemput bola kepada para calon TKI agar mereka berangkat secara legal,"
              ujar Johar.

              Sementara itu, Ketua Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) Kabupaten Indramayu, Juwarih,
              saat dimintai pendapatnya, menjelaskan, ada beberapa faktor yang mendorong tingginya minat
              masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri.
              Pertama, terdorong kebutuhan hidup alias faktor ekonomi. Karena di Indramayu minim lapangan
              pekerjaan sedangkan kebutuhan hidup harus tetap terpenuhi.

              Kedua, faktor kecumburuan sosial. Warga yang melihat tetangganya sukses karena bekerja di
              luar negeri, akhirnya juga berhasrat untuk mengikuti jejak tetangganya tersebut.

              "Faktor ketiga, iming-iming gaji besar di luar negeri, lebih besar dari gaji di dalam negeri. Dalam
              waktu singkat mereka bisa beli kendaraan, bangun rumah, beli sawah," tutur Juwarih.

              Juwarih menambahkan, antusias masyarakat Indramayu untuk bekerja ke luar negeri di masa
              pandemi  Covid-19  ini  pun  masih  tinggi.  Namun  sayang,  mereka  tida  bisa  berangkat  karena
              kondisi di Indonesia maupun di negara tujuan belum memungkinkan dilakukannya pengiriman
              tenaga kerja ke luar negeri.

              "Mereka akhirnya menganggur dan sangat berharap agar pengiriman TKI ke luar negeri segera
              dibuka kembali," tandas Juwarih..















                                                           71
   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77