Page 175 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 AGUSTUS 2020
P. 175

TEMUI PERWAKILAN BURUH, BAMSOET HARAP RUU CIPTA KERJA DAPAT MENJADI
              SOLUSI ANTARA BURUH DAN PENGUSAHA
              Jakarta    Ketua  MPR  RI  Bambang  Soesatyo  mengapresiasi  dukungan  berbagai  serikat  buruh
              terhadap omnibus law RUU Cipta Kerja sebagai upaya pemerintah dan parlemen memudahkan
              masuknya investasi ke Indonesia. Dukungan tersebut setidaknya sudah ditunjukan 16 serikat
              buruh seperti KSPI, FSPMI, SPN, Aspek Indonesia, FSP KEP KSPI, Farkes, KSPSI, dan FSP TSK
              KSPSI.

              "Dalam proses pembahasannya pun, pemerintah dan DPR RI sudah melibatkan berbagai pihak.
              Mulai  dari  KADIN  Indonesia,  APINDO,  HIPMI,  maupun  dari  berbagai  organisasi  buruh  dan
              pekerja. Sehingga bisa dicapai win-win solution antara buruh dan pengusaha. Dengan demikian
              tidak ada yang saling dirugikan satu sama lain. Karena hakikat keberadaan sebuah undang-
              undang adalah untuk menjawab persoalan secara bersama-sama," ujar Bamsoet usai menerima
              perwakilan buruh dari KSBSI, KSPSI, KSPN, K-SARBUMUSI, FS KAHUTINDO, dan FSP BUN, di
              Ruang Kerja Ketua MPR RI, Jakarta, Selasa (25/8/20).

              Turut hadir antara lain Ketua Umum SPSI Yorys Raweyai, DEN KSBSI Elly Silaban, DPP KSPSI
              Bibit Gunawan, DPP KSPN Ristadi, dan DPP K-SARBUMUSI Syaifullah Bahri.

              Mantan Ketua DPR RI ini juga mengapresiasi catatan yang disampaikan buruh terhadap klaster
              ketenagakerjaan agar dikembalikan sesuai ketentuan hukum sebelumnya. Mahkamah Konstitusi
              telah mengeluarkan berbagai putusan atas gugatan buruh di masa lalu terkait uji materi UU No.
              13/2003 tentang Ketenagakerjaan terkait isu Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT), upah,
              pesangon, hubungan kerja, PHK, penyelesaian perselisihan hubungan industrial serta jaminan
              sosial. Keputusan tersebut final dan mengikat, sehingga masih layak dijadikan sebagai dasar
              hukum.

              "Sedangkan ketentuan mengenai sanksi, karena tidak pernah diajukan gugatan uji materi ke MK,
              jadi  bisa  tetap  mengacu  kepada  UU  No.13/2003.  Kabar  terbaru  dari kawan-kawan  di  Badan
              Legislasi DPR RI, mereka akan mengakomodir keinginan buruh tersebut. Sehingga seharusnya
              sudah bisa dicapai win-win solution," tandas Bamsoet.

              Wakil  Ketua  Umum  KADIN  Indonesia  ini  memaparkan,  permasalahan  terbesar  dunia  usaha,
              bukanlah pada sektor ketenagakerjaan. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal menunjukan
              hambatan terbesar investasi dunia usaha terletak pada perizinan (32,6 persen), pengadaan lahan
              (17,3 persen), dan regulasi/kebijakan (15,2 persen). Temuan Bank Dunia terhadap kemudahan
              berbisnis di suatu negara (Ease of Doing Business 2020) menempatkan Indonesia di peringkat
              73 dari 190 negara dunia. Sementara di ASEAN, Indonesia berada di peringkat ke-6 dari 10
              negara.

              "Sebagian besar karena ego sektoral kementerian/lembaga serta tumpang tindih kewenangan
              bupati dan gubernur. Masalah inilah yang sedang dicarikan jalan keluarnya dalam omnibus law
              RUU Cipta Kerja. Sementara masalah ketenagakerjaan, seharusnya tak terlalu menjadi persoalan
              karena sudah ada putusan MK maupun UU No.13/2003. Sehingga antara buruh dan pengusaha
              tak perlu ada yang merasa dirugikan atas kehadiran RUU Cipta Kerja," pungkas Bamsoet.

              (*).










                                                           174
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180