Page 49 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 DESEMBER 2020
P. 49

Berdasarkan  data  Badan  Pusat  Statistik  (BPS)  jumlah  pengangguran  akibat  Covid-19  hingga
              Agustus  2020  meningkat  2,67  juta  orang,  sehingga  total  angkatan  kerja  yang  menganggur
              menjadi 9,77 juta orang atau 7,07 persen dari total angkatan kerja sebanyak 138,22 juta orang.



              RI AKAN HADAPI LONJAKAN ANGKA PENGANGGURAN

              Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan Indonesia ke depan akan menghadapi tantangan
              lonjakan  angka  pengangguran  akibat  banyaknya  rasionalisasi  karyawan  seiring  dengan
              terpukulnya dunia usaha oleh pandemi Covid-19. Lonjakan pengangguran itu semakin meningkat
              karena jumlah angkatan kerja baru terus meningkat tiap tahun.

              Berdasarkan  data  Badan  Pusat  Statistik  (BPS)  jumlah  pengangguran  akibat  Covid-19  hingga
              Agustus  2020  meningkat  2,67  juta  orang,  sehingga  total  angkatan  kerja  yang  menganggur
              menjadi 9,77 juta orang atau 7,07 persen dari total angkatan kerja sebanyak 138,22 juta orang.

              Dalam  sambutan  Presiden  yang  disampaikan  secara  daring  pada  Pertemuan  Tahunan  Bank
              Indonesia di Jakarta, Kamis (3/12), mengatakan sebelum pandemi, kebutuhan akan lapangan
              kerja sudah tinggi. Data yang disampaikan Menteri Keuangan sebelumnya menyebutkan jumlah
              angkatan kerja baru setiap tahun terus meningkat.

              Selama periode Agustus 2019 hingga Agustus 2020, terdapat tambahan angkatan kerja baru
              2,36 juta orang. Di sisi lain, akibat Covid-19 terjadi penurunan lapangan kerja sebanyak 0,31
              juta.  "Kita  harus  bergerak  cepat  karena  masih  banyak  pekerjaan  rumah  yang  belum  kita
              selesaikan," kata Jokowi.

              Untuk  memperbaiki  kondisi  tersebut,  Presiden  kembali  mengingatkan  pentingnya  melakukan
              reformasi struktural dan birokrasi. Reformasi tersebut dimaksudkan agar iklim investasi semakin
              kondusif dan daya saing Indonesia membaik. Hal itu diharapkan menarik investasi masuk dan
              lapangan kerja terbuka luas.


              Lebih  lanjut,  Presiden  menegaskan  bahwa  rantai  birokrasi  yang  berbelit-belit,  terbukti
              menyebabkan investor enggan menanamkan modal di Indonesia. Padahal iklim investasi yang
              baik sangat mendukung penciptaan lapangan kerja yang memadai.

              Menurut  Kepala  Negara,  Indonesia  saat  ini  berada  di  posisi  pertama  sebagai  negara  yang
              memiliki  birokrasi  rumit.  "Karena  itu,  pemerintah  berketetapan  hati  melakukan  reformasi
              struktural, membenahi regulasi yang kompleks dan birokrasi yang rumit Kita semuanya tahu
              posisi nomor 1 di global complexity index yang paling rumit di dunia dan itu harus kita akhiri,"
              tegas Jokowi.


              Suap Layanan Publik

              Makin kompleksnya dan rumitnya birokrasi itu ditengarai karena perilaku birokrat yang korup.
              Hasil survei Global Corruption Barometer (GCB) 2020 oleh Transparency International Indonesia
              (TII) menunjukkan Indonesia berada pada posisi ketiga dari 17 negara Asia terkait tingkat suap
              layanan publik.





                                                           48
   44   45   46   47   48   49   50   51   52   53   54