Page 93 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 DESEMBER 2020
P. 93

90 PERSEN PMI MASIH ALAMI KASUS PENGANIAYAAN HINGGA EKSPLOITASI

              Badan Perlindungan Pekerja Migrasi Indonesia (BP2MI) menyoroti banyaknya kasus yang masih
              terus dialami Pekerja Migran Indonesia (PMI).

              Kepala  BP2MI,  Benny  Rhamdani  menyebut,  kasus-kasus  itu  berupa  penganiayaan  fisik,
              eksploitasi,  gaji  yang  dibayarkan  tak  sesuai  kontrak,  jam  kerja  yang  melebihi  batas  hingga
              kekerasan seksual.

              Benny mencontohkan seperti halnya pekerja migran yang berprofesi sebagai Anak Buah Kapal
              (ABK) yang mendapatkan perlakuan diskriminatif dalam hal makanan dan minuman. Bahkan gaji
              mereka tak dibayarkan selama 10 bulan.

              "Itu sering dialami oleh ABK dan juga 90 persen yang mengalami kasus-kasus tadi adalah pekerja
              migran yang diberangkatkan secara ilegal. Wilayah dengan kasus kekerasan PMI terbanyak di
              Arab Saudi, Timur Tengah dan Malaysia," ungkap Benny di Surabaya, Kamis (3/12/2020).

              Benny  menambahkan,  para  PMI  seharusnya  mendapat  pembekalan  ketika  diberangkatkan
              bekerja di luar negeri. Hal ini untuk memperkuat diri mereka setelah mendapatkan pendidikan
              dan pelatihan.

              "Misal kalau dia jadi pelaut, dia akan mengerti dengan apa yang dilakukan. Mereka gak pernah
              ikut pelatihan, lempar jangkar aja nggak ngerti, jaring nggak paham, akhirnya dimarahin oleh
              majikan," bebernya.
              Menurutnya, pembekalan bahasa pun juga penting, karena bisa dibayangkan apabila orang dari
              kampung  yang  tiba-tiba  diberangkatkan  kemudian  bekerja  di  luar  negeri  tak  paham  dengan
              bahasa para majikannya.

              "Secara bahasa sudah beda diperintah A melakukannya B, yang muncul emosi dari majikan dan
              kekerasan pun terjadi. Memang keberangkatan ilegal ini adalah bisnis kotor. Itu adalah cara
              mendapatkan uang dengan jumlah besar dengan cepat," jelas Benny.

              Para  calo  atau  sindikat-sindikat  yang  memberangkatkan  para  PMI  secara  ilegal  ini  bisa
              mendapatkan  keuntungan  Rp  30  juta  sampai  Rp  40  juta  setiap  orang. Bahkan  hanya  untuk
              meloloskan di bandara, seorang PMI harus merogoh kocek sebesar Rp 3 juta.

              Benny juga mengakui apabila sindikat-sindikat ini juga bekerjasama dengan pihak penerbangan.
              Modus para sindikat ini bermodal paspor dan visa.

              "Visa  turis  syarat  pertama  kan  harus  menunjukkan  tiket  keberangkatan  dan  kepulangan,
              bagaimana  bisa  mereka  lolos  dengan  tiket  keberangkatan,  dengan  pihak  penerbangan  juga
              bermain dengan sindikat ini," ungkapnya.

              "Kenapa  saya  nggak  terlalu  peduli  ngomong oknum-oknum  tadi,  karena  memang  kita  harus
              yakin. Secara institusi semua bicara merah putih, bicara kepentingan bangsa. Tapi kalau oknum
              penjahat di manapun selalu ada," tambah Benny.

              Pihaknya telah mengirimkan surat kepada pihak penerbangan di antaranya ke Emirat, Etihad dan
              Malaysia Airline yang sering ditemukan banyak terjadinya kasus PMI ilegal.

              "Siapapun  yang  terlibat  maka  kita  akan  melakukan  proses  hukum,  menyeret  penerbangan
              bahkan melaporkan kantor pusat mereka di negara-negara penempatan," pungkas Benny.





                                                           92
   88   89   90   91   92   93   94   95   96   97   98