Page 116 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 116
Pemberantasan Korupsi (KPK) kepada Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) supaya
penyalurannya tepat sasaran.
Adapun, pengecekan data gaji karyawan oleh Ditjen Pajak ini merupakan prosedur baru yang
dijalankan oleh Kemenaker di termin kedua. Seharusnya, termin kedua penyaluran stimulus yang
merupakan bagian dari program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sudah dimulai pada akhir
Oktober lalu.Ternyata, jumlah penerimaan subsidi gaji karyawan sebesar Rp 1,2 juta untuk dua
bulan itu bisa berkurang. Usut punya usut, Ditjen Pajak menemukan selisih antara data pajak
penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan penerima subsidi gaji karyawan termin pertama.
Sebelumnya aturan Kemenaker menyebutkan, subsidi gaji diberikan kepada karyawan yang
punya penghasilan kurang dari Rp 5 juta per bulan dan terdaftar sebagai member Badan
Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan.Data dari BPJS Ketenagakerjaan ini pula
yang digunakan oleh pemerintah untuk menyalurkan subsidi, dari jumlah iuran per bulan
berdasarkan gaji pokok.
Sehingga, pada termin pertama, sebagian penerima subsidi gaji adalah karyawan yang punya
penghasilan di atas Rp 5 juta per bulan, tapi memiliki gaji pokok sesuai dengan ketentuan
Kemenaker.
Lain ceritanya dengan sinkronisasi data gaji oleh Ditjen Pajak, sebab dalam surat pemberitahuan
(SPT) Tahunan untuk PPh Pasal 21, wajib pajak dikenakan pajak atas seluruh penghasilan yang
diterima per bulan. Dus, Ditjen Pajak menemukan ada wajib pajak yang penghasilannya di atas
Rp 5 juta per bulan, tapi mendapatkan subsidi gaji karyawan.
Direktur Pelayanan, Penyuluhan, dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Kemenkeu Hestu Yoga
Saksama mengaku ada selisih data yang tidak sinkron antara data SPT karyawan yang telah
diperiksa, dengan ketentuan yang diatur oleh Kemenaker. Hanya saja, Yoga belum bisa
menyampaikan berapa jumlahnya.Dalam hal ini, Yoga menegaskan pemadanan dengan data
otoritas pajak itu untuk memastikan bahwa penerima subsidi gaji tersebut memang karyawan
yang berhak, yaitu gajinya di bawah Rp 5 juta. Data dilihat dari SPT PPh Pasal 21 yang dilaporkan
oleh perusahaannya.
"Kemenaker ingin menjaga jangan sampai terjadi ada karyawan masuk dalam list penerima
bantuan tersebut, tapi ternyata dari laporan SPT PPh Pasal 21 perusahaannya, dia gajinya di
atas Rp 5 juta. Dia mestinya tidak berhak," kata Yoga kepada Kontan.co.id, Senin (9/11).
Yoga bilang, dalam hal ini pihaknya hanya sebatas membantu, yang keputusan akhirnya berada
di Kemenaker. Dari pantauan Ditjen Pajak, penerima subsidi gaji di bawah Rp 5 juta kebanyakan
adalah karyawan yang penghasilannya di bawah penghasilan tidak kena pajak (PTKP) alias
berpenghasilan di bawah Rp 4,5 juta per bulan.Yoga menambahkan, meski pihaknya melakukan
pemadanan data, tapi tidak sama sekali menggunakannya sebagai basis data untuk
meningkatkan kepatuhan wajib pajak atau mengambil manfaat dari sisi perpajakan lainnya.
Sebab, karyawan yang merupakan PTKP tidak wajib punya Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
dan tidak perlu lapor SPT Tahunan.
"Jadi pencairan subsidi ini tidak ada kaitannya dengan pelaporan SPT karyawan tersebut," ujar
Yoga.
Sayangnya, Direktur Jenderal (Dirjen) Pembinaan Hubungan Industrian dan Jaminan Sosial (PHI
dan Jamsos) Kemenaker Haiyani Rumondang belum bisa mengonfirmasi lebih lanjut. Yang jelas,
Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, menegaskan jika penerima subsidi gaji karyawan
merupakan wajib pajak maka tidak berhak menerima.
Tampilkan Semua.bg-color-linkedin { background-color: #0072b1; } INDEKS BERITA Reporter:
Yusuf Imam Santoso Editor: Noverius Laoli.
115