Page 195 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 AGUSTUS 2021
P. 195

MENAKER PAPARKAN EMPAT ISU STRATEGIS PELINDUNGAN PEKERJA MIGRAN DI
              FORUM DIASPORA INDONESIA
              Pemerintah memiliki komitmen yang kuat dalam melindungi kepentingan Calon Pekerja Migran
              Indonesia  (CPMI)  atau  Pekerja  Migran  Indonesia  (PMI)  beserta  keluarganya.  Komitmen  ini
              dilakukan dengan mengupayakan terwujudnya pemenuhan hak di setiap kegiatan penempatan,
              mulai dari sebelum bekerja, selama bekerja, hingga setelah bekerja di luar negeri.

              "Salah  satu  upaya  pemerintah  untuk  meningkatkan  pelindungan  PMI  adalah  mengubah
              paradigma  yaitu  bahwa  PMI  bukan  lagi  sebagai  obyek,  tetapi  mereka  merupakan  subyek
              penempatan," kata Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah, saat menjadi Keynote Speaker pada
              acara Congress Of Indonesia Diaspora (CID) dengan tema Pekerja Migran Indonesia (PMI) di
              Masa Covid-19: Tantangan, Kontribusi, dan Harapan, di Jakarta, Sabtu (14/8).

              Menaker Ida menuturkan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2017
              tentang Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI), pemerintah mengharapkan bahwa
              pada  masa  yang  akan  datang,  tidak  akan  ada  lagi  PMI  bekerja  di  sektor  informal  yang
              mengandalkan low skill.

              "Di mana pada sektor ini sering menjadi sumber permasalahan seperti gaji tidak dibayar, PHK ,
              dan kasus hukum lainnya," katanya.
              Terkait hal tersebut, Menaker Ida memiliki empat pandangan startegis di antaranya terkait isu
              kesehatan;  pengawasan  dalam  menjamin  kesehatan  fisik  dan  mental;  jaminan  sosial;  serta
              penyediaan pusat pelindungan PMI di negara penempatan.

              Pertama, mengenai kesehatan Pekerja Migran Indonesia. Menurut UU PPMI, setiap CPMI harus
              sehat secara jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat berdasarkan
              hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi.

              Kedua, mengenai Pengawasan Pemerintah dalam hal kesehatan fisik dan mental, menurut Pasal
              21 UU PPMI, disebutkan bentuk-bentuk pelindungan selama bekerja.

              Ketiga, mengenai Jaminan Sosial, di mana Jaminan sosial bagi PMI telah diatur dalam Peraturan
              Menteri Ketenagakerjaan No. 18 Tahun 2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia.

              "Dalam Permenaker No. 18 Tahun 2018, disebutkan bahwa jaminan sosial ketenagakerjaan yang
              dilaksanakan  oleh  BPJS  Ketenagakerjaan  menyelenggarakan  3  (tiga)  program  yaitu  Jaminan
              Kecelakaan Kerja; Jaminan Kematian; dan Jaminan Hari Tua," jelas Menaker Ida.

              Keempat mengenai Penyediaan Pusat Pelindungan PMI di Negara Penempatan. Terkait dengan
              pusat pelindungan PMI di negara penempatan, Menaker Ida mengatakan bahwa pada prinsipnya
              telah dilaksanakan oleh Perwakilan RI di negara penempatan.
              "Jadi, Perwakilan RI di negara penempatan, khususnya yang memiliki Atase Ketenagakerjaan,
              telah  membuka  layanan  pelindungan  PMI,  yang  dimulai  dari  layanan  pengaduan,  layanan
              pendampingan/advokasi,  layanan  penyelesaian  permasalahan,  serta  layanan  lainnya  yang
              bertujuan untuk menunjang optimalisasi pelindungan PMI di negara penempatan," ujarnya.

              Dalam kesempatan ini pula, Menaker Ida memberikan apresiasinya kepada Komunitas diaspora
              Indonesia yang selama ini memiliki peran strategis untuk turut serta dalam merangkul Pekerja
              Migran Indonesia sebagai elemen dalam diaspora Indonesia, mengingat potensi yang mereka
              miliki cukup besar dalam berkontribusi dalam pembangunan dalam negeri.




                                                           194
   190   191   192   193   194   195   196   197   198   199   200