Page 191 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 AGUSTUS 2021
P. 191
Komitmen ini dilakukan dengan mengupayakan terwujudnya pemenuhan hak di setiap kegiatan
penempatan, mulai dari sebelum bekerja, selama bekerja, hingga setelah bekerja di luar negeri.
"Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pelindungan PMI adalah mengubah
paradigma yaitu bahwa PMI bukan lagi sebagai obyek, tetapi mereka merupakan subyek
penempatan," kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah saat menjadi Keynote
Speaker pada acara Congress Of Indonesia Diaspora (CID) dengan tema Pekerja Migran
Indonesia (PMI) di Masa Covid-19: Tantangan, Kontribusi, dan Harapan, yang dikutip dari siaran
pers, Sabtu (14/8).
Ida menuturkan, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2017 tentang
Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI), pemerintah mengharapkan bahwa pada masa
yang akan datang, tidak akan ada lagi PMI bekerja di sektor informal yang mengandalkan low
skill.
"Di mana pada sektor ini sering menjadi sumber permasalahan seperti gaji tidak dibayar, PHK,
dan kasus hukum lainnya," terangnya.
Terkait hal tersebut, Ida memiliki empat pandangan startegis di antaranya terkait isu kesehatan;
pengawasan dalam menjamin kesehatan fisik dan mental; jaminan sosial; serta penyediaan
pusat pelindungan PMI di negara penempatan.
Pertama, mengenai kesehatan pekerja migran Indonesia. Menurut UU PPMI, setiap CPMI harus
sehat secara jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan surat keterangan sehat berdasarkan
hasil pemeriksaan kesehatan dan psikologi.
Kedua, mengenai pengawasan pemerintah dalam hal kesehatan fisik dan mental, menurut Pasal
21 UU PPMI, disebutkan bentuk-bentuk pelindungan selama bekerja.
Ketiga, mengenai jaminan sosial, di mana Jaminan sosial bagi PMI telah diatur dalam Peraturan
Menteri Ketenagakerjaan No. 18 Tahun 2018 tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia.
"Dalam Permenaker No.18 Tahun 2018, disebutkan bahwa jaminan sosial ketenagakerjaan yang
dilaksanakan oleh BPJS Ketenagakerjaan menyelenggarakan tiga program yaitu jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, dan jaminan hari tua," jelas Ida.
Keempat, mengenai penyediaan pusat pelindungan PMI di negara penempatan. Terkait dengan
pusat pelindungan PMI di negara penempatan, Menaker Ida mengatakan bahwa pada prinsipnya
telah dilaksanakan oleh perwakilan RI di negara penempatan.
"Jadi, perwakilan RI di negara penempatan, khususnya yang memiliki Atase Ketenagakerjaan,
telah membuka layanan pelindungan PMI, yang dimulai dari layanan pengaduan, layanan
pendampingan/advokasi, layanan penyelesaian permasalahan, serta layanan lainnya yang
bertujuan untuk menunjang optimalisasi pelindungan PMI di negara penempatan," terang Ida.
Dalam kesempatan ini pula, Menaker memberikan apresiasinya kepada komunitas diaspora
Indonesia yang selama ini memiliki peran strategis untuk turut serta dalam merangkul PMI
sebagai elemen dalam diaspora Indonesia, mengingat potensi yang mereka miliki cukup besar
dalam berkontribusi dalam pembangunan dalam negeri. (Mir/OL-09)
190