Page 671 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 NOVEMBER 2020
P. 671

UPAH MINIMUM 2021 TAK NAIK, DEPENAS: PEMERINTAH TAK ADA KEPEDULIAN!

              Wakil Ketua Dewan Pengupahan Nasional (Depenas) Sunardi dari unsur serikat pekerja/buruh
              mengaku tak pernah memberikan rekomendasi Upah Minimum Provinsi (UMP) 2021 agar tidak
              naik, atau sama dengan 2020.

              Sunardi  menilai,  Surat  Edaran  Menteri  Ketenagakerjaan  Nomor  M/ll/HK.04/X/2020  tentang
              Penetapan Upah Minimum Tahun 2021 Pada Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (COVID-
              19) terkait tak ada kenaikan UMP di 2021 hanya mengakomodir usulan pengusaha.

              "Usulan dari Apindo atau unsur pengusaha usulannya Upah Minimum 2021 sama dengan 2020,
              itu usulan ya. Nah setelah itu, kewenangan bukan ada di Depenas. Itu sudah dikirim ke Menteri
              dua keputusan itu. Tiba-tiba kok akomodirnya hanya satu? Nah ini yang salah di Bu Menteri
              Ketenagakerjaan.  Karena  mestinya  yang  ditetapkan  dalam  rapat  dua-duanya  itu  diakomodir
              mestinya.  Kok  tiba-tiba  hanya  satu,"  ungkap  Sunardi  dalam  konferensi  pers  virtual,  Jumat
              (30/10/2020).
              Dalam kesempatan yang sama, Anggota Depenas Mirah Sumirat mengatakan, pada 16 Oktober
              2020  lalu,  Dewan  Pengupahan  se-Indonesia  melakukan  rapat  pleno  dengan  pemerintah  dan
              Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo). Dari rapat pleno itu, dihasilkan dua pendapat dari serikat
              pekerja (UMP 2021 naik) dan Apindo (UMP 2021 tak naik). Ketika SE Menaker tersebut, ia pun
              mengaku terkejut.

              "Kemudian dari SE Menaker tidak ada kenaikan. Ini membuat kekecewaan. Kami sangat marah
              sekali. Karena pemerintah betul-betul tidak ada kepedulian. Tidak ada rasa kemanusiaan sama
              sekali di tengah pandemi COVID-19," papar Mirah.

              Menurut  Mirah,  SE  ini  akan  merugikan  semua  pihak.  Ia  mengatakan,  jika  melihat  kondisi
              beberapa sektor, tentu ada yang justru melonjak di tengah pandemi, seperti di sektor medis,
              makanan dan minuman, perkebunan, pertanian, dan logistik. Setidaknya, sektor-sektor itu bisa
              memperoleh kenaikan upah tahun depan.

              "Lalu kalau ada SE menyatakan tidak ada ini merugikan semua pihak. Lagi-lagi sikap pemerintah
              dalam hal ini Kemenaker sepertinya hanya mengakomodir pengusaha. Sikap bijak sama sekali
              tidak ada. Tidak ada mengedepankan win win solution," ujar Mirah.
              Masih dalam konferensi pers itu, Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia
              (FSPMI)-Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Riden Hat am Aziz menilai, sikap Menaker
              Ida Fauziyah saat ini menunjukkan hanya mengedepankan pendapat pengusaha.

              Ia  pun  kembali  mengungkit  SE  Menaker  Nomor  M/6/HI.00.01/V/2020  tentang  Pelaksanaan
              Pemberian Tunjangan Hari Raya Keagamaan Tahun 2020 di Perusahaan dalam Masa Pandemi
              Coronavirus Disease 2019 (COVID-19). Dalam SE itu, pembayaran THR 2020 boleh dicicil atau
              ditunda. Menurutnya, SE UMP 2021 dan THR 2020 itu menunjukkan sikap Menaker yang pro
              pengusaha.

              "Saya mengatakan Ibu Ida Fauziyah bukan Menteri Ketenagakerjaan, tapi Menteri Apindo, atau
              menteri kepengusahaan. Karena yang dikatakan Apindo itu yang dia ikuti," tegas Riden.











                                                           670
   666   667   668   669   670   671   672   673   674   675   676