Page 106 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 AGUSTUS 2020
P. 106

Ringkasan

              Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  memberikan  bantuan  sarana  usaha  pemberdayaan
              tenaga  kerja  untuk  membantu  awak  kapal  ikan  migran/awak  buah  kapal  (ABK)  purna  yang
              terdampak pandemi COVID-19. Bantuan ini diharapkan dapat membantu ABK dan keluarganya
              untuk berwirausaha maupun mengembangkan wirausaha yang sudah ada.



              MENAKER BANTU MODAL USAHA UNTUK ABK & KELUARGANYA TERDAMPAK
              COVID-19

              Jakarta    -  Menteri  Ketenagakerjaan  Ida  Fauziyah  memberikan  bantuan  sarana  usaha
              pemberdayaan tenaga kerja untuk membantu awak kapal ikan migran/awak buah kapal (ABK)
              purna yang terdampak pandemi COVID-19. Bantuan ini diharapkan dapat membantu ABK dan
              keluarganya untuk berwirausaha maupun mengembangkan wirausaha yang sudah ada.

              "Bantuan  ini  merupakan  kepedulian  dari  pemerintah,  dalam  hal  ini  Kementerian
              Ketenagakerjaan,  yang  tidak  hanya  ditujukan  bagi  awak  kapal  migran,  tetapi  juga  kepada
              anggota keluarganya yang saat ini terdampak pandemi COVID-19," ujar Ida dalam keterangan
              tertulis, Selasa (18/8/2020).

              Hal itu disampaikannya saat berdialog kepada keluarga awak kapal ikan migran di Desa Dukuh
              Tengah, Kecamatan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah.
              Adapun bantuan yang diberikan berupa program inkubasi bisnis senilai Rp 10 juta kepada 10
              keluarga ABK dan program Tenaga Kerja Mandiri (TKM) untuk 40 nelayan yang tergabung dalam
              2 kelompok nelayan di Desa Kaliwlingi. Masing-masing nelayan mendapat bantuan Rp 40 juta.

              Ida menjelaskan bantuan ini merupakan bentuk kehadiran Negara kepada pekerja migran yang
              bekerja  sebagai  ABK.  Menurutnya,  sesuai  Undang-Undang  Nomor  18  Tahun  2017  tentang
              Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (UU PPMI), Negara wajib memberi pelindungan kepada
              pekerja migran dan keluarganya.

              "Pada hakikatnya UU ini menekankan perlindungan pada pemenuhan dan penegakan hak asasi
              manusia, pelindungan hukum, ekonomi dan sosial, tidak hanya bagi pekerja migran, namun juga
              kepada keluarganya," jelasnya.

              Dalam kesempatan ini Ida juga memberi sosialisasi mekanisme penempatan dan perlindungan
              PMI sebagai ABK di kapal berbendera asing. Ia mengatakan berbagai latar belakang masalah
              yang kerap mendera pekerja migran, khususnya yang bekerja sebagai ABK, antara lain PHK, gaji
              tidak dibayar, penipuan, kecelakaan kerja, perlakuan tidak manusiawi, meninggal saat bekerja,
              hingga dilarung di perairan lepas, itu tak terlepas dari kurangnya pemahaman akan prosedur
              bekerja di luar negeri.

              "Demi keamanan, serta sebagai bagian dari perlindungan awal sebelum berangkat, saya ingin
              mengingatkan kepada seluruh calon PMI, sebelum berangkat harus memahami isi perjanjian
              kerja laut sebelum ditandatangani dan mengetahui kredibilitas serta legalitas perusahaan yang
              akan memberangkatkan. Informasi terkait kredibilitas dan legalitas perusahaan bisa diakses di
              Kantor Dinas Tenaga Kerja setempat atau Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA)," tegas Ida.

              Setelah berdialog, Ida mengunjungi rumah keluarga pekerja migran, alm Abdul Wakhid yang
              bekerja sebagai ABK di kapal berbendera China (Lu Rong Yuan Yu 326) yang meninggal akibat
              kecelakaan kerja pada Mei 2020 silam.




                                                           105
   101   102   103   104   105   106   107   108   109   110   111