Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 AGUSTUS 2020
P. 73

RUU CIPTA KERJA INGIN CIPTAKAN LEBIH BANYAK LAPANGAN KERJA

              Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional (ATR/ BPN), Sofyan A Djalil
              mengatakan  Rancangan  Undang-Undang  (RUU)  Cipta  Kerja  dibuat  untuk  menciptakan  lebih
              banyak  lagi  lapangan  kerja.  Adanya  polemik  terkait  RUU  tersebut  lebih  disebabkan  oleh
              kesalahpahaman.

              Mengutip data 2019, Sofyan menyampaikan jumlah pengangguran di Indonesia mencapai 7.05
              juta, angkatan kerja baru 2.24 juta setengah pengangguran 8,14 juta, dan pekerja paruh waktu
              28,41  juta,  sehingga  totalnya  45.84juta.  Jumlah  ini  diyakini  akan  semakin  bertambah  pasca
              pandemi Covid-19.

              "Sebelum Covid-19, ada lebih dari 7 juta orang yang menganggur. Kemudian banyak warga
              negara kita yang mengadu nasib di luar negeri menjadi TKI karena tidak cukup tercipta lapangan
              kerja  di dalam negeri. Kenapa? Karena pertumbuhan ekonomi kita selama ini hanya sekitar 5%,"
              kata Sofyan Djalil dalam diskusi virtual yang digelar Kementerian ATR/BPN bersama Gerakan
              Angkatan Muda Kristen Indonesia (Gamki). di Jakarta. Selasa (18/8).

              Secara  teori,  Sofyan  mengungkapkan  1  %  pertumbuhan  ekonomi  hanya  bisa  menciptakan
              lapangan kerja sekitar 500.000, sehingga bila pertumbuhan ekonominya di kisaran 5% hanya
              mampu menciptakan lapangan kerja sebanyak 2,5 juta per tahun.
              Menurut dia,  agar ekonomi Indonesia bisa tumbuh lebih tinggi, perlu ada pembenahan dari sisi
              kemudahan investasi dan berbisnis. Mal ini menurutnya bisa diakomodasi dalam RUU Cipta Kerja.
              Jika RUU Cipta Kerja tidak dilakukan. maka lapangan kerja akan pindah ke negara lain yang lebih
              kompetitif.  Akibatnya.  penduduk  Indonesia  yang  tidak  bekerja  akan  semakin  tinggi,  dan
              Indonesia akan terjebak dalam jebakan negara berpendapatan rendah (middle iticome trap).

              Saat  ini,  lanjut  Sofyan,  ada  begitu  banyak  regulasi  yang  kemudian  menghambat  masuknya
              investasi. Berbagai hambatan inilah yang coba dibenahi melalui RUU Cipta Kerja.
              Pasalnya,  begitu  banyak  orang  menganggur  bukan  karena  tidak  bisa  menciptakan  banyak
              lapangan kerja, tetapi karena regulasi yang menghambat.

              "Kita lihat apa yang menghambat penciptaan lapangan kerja selama ini? Inilah yang dibereskan.
              Yang bertentangan satu sama lain, itu yang diluruskan. Yang membuat orang jadi frustasi untuk
              menciptakan lapangan kerja, itu yang dimudahkan.

              Izin-izin yang begitu banyak dikurangi dari sistem izin menjadi analisis risiko. Kalau usahanya
              tidak ada risiko, tidak perlu izin. Kalau risikonya tinggi, baru perlu izin," ujar Sofyan.

              Dia  mengungkapkan,  ada  beberapa  persepsi  yang  perlu  diluruskan  tentang  RUU  Cipta  Kerja
              karena  tidak  tepat. Misalnya  terkait  relaksasi  atas  tata  ruang dan  wilayah  demi kepentingan
              strategis nasional yang dilakukan tanpa memerlukan persetujuan atau rekomendasi dari institusi
              atau  lembaga  yang  mengawasi  kebijakan  tata  ruang  dan  wilayah,  sehingga  membahayakan
              keserasian dan daya dukung lingkungan hidup.

              "Itu tidak benar. Memang ada relaksasi karena tata ruang banyak yang dibuat tidak memenuhi
              syarat. Sebab banyak Pemerintah Daerah di masa lalu yang membuat RT/ RW dikerjakan dengan
              konsultan dengan biaya yang sedikit. sehingga kualitas tata ruangnya banyak sekali yang tidak
              memenuhi syarat. Ini yang kita akan perbaiki," kata Sofyan. [HER/J-9]







                                                           72
   68   69   70   71   72   73   74   75   76   77   78