Page 107 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2021
P. 107
Analisis mahadata ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik menunjukkan, jumlah lowongan
pekerjaan di 10 sektor turun dari 11.444 lowongan pada Januari 2020 (prapandemi, menjadi
10.064 lowongan (Februari 2020), 10.437 lowongan (Maret 2020), dan anjlok menjadi 5.884
lowongan pada April 2020. Sementara jumlah angkatan kerja terus bertambah hingga 2,36 juta
orang pada Agustus 2020.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani mengatakan, seiring
kondisi pasar dan dunia usaha yang membaik, pengusaha secara bertahap merekrut pekerja
baru, termasuk di sektor pariwisata yang paling terpuruk selama pandemi. 'Tetapi ini semua
tergantung apakah pandemi bisa melandai terus atau tidak. Kami masih waswas memantau
perkembangan kasus harian," kata Hariyadi.
Sulit terserap
Oleh karena ketidakpastian itu, meski pengusaha mulai merekrut dan lowongan kerja naik lagi,
penyerapan tenaga kerja diperkirakan tidak akan kem-bali 100 persen seperti sebelum pandemi.
"Pengusaha memilih lebih efisien. Selama pandemi, kita dipaksa multitasking dan diajar untuk
efisien," katanya.
Penelitian oleh SMERU In-stitute dengan menganalisis data Survei Angkatan Kerja Nasional
Februari 2021 dan Februari 2020 menunjukkan, masyarakat masih sulit mendapat pekerjaan
selama pandemi, khususnya mereka yang berusia muda (15-29 tahun) dan memiliki pendidikan
tinggi, setingkat diploma dan saijana.
Sebelum pandemi, ada 53,1 persen lulusan baru yang berhasil mendapatkan pekerjaan. Selama
pandemi, jumlahnya turun jadi 44,5 persen.
Pekerja dengan jenjang pendidikan lebih tinggi (diploma 4, saijana, pascasaijana, doktoral) perlu
waktu lebih lama untuk mendapat pekerjaan. Sebelum pandemi, butuh empat bulan sampai
setengah angkatan kerja berhasil mendapat pekerjaan. Setelah pandemi, durasinya naik hingga
tiga kali lipat.
Sementara angkatan kerja baru lulusan SMP/sederajat justru lebih cepat mendapat pekerjaan.
Sebelum pandemi, perlu enam bulan sampai setengah angkatan kerja ini mendapat pekerjaan.
Setelah pandemi, hanya perlu tiga bulan.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal mengatakan,
tantangan saat ini adalah menyeimbangkan pertumbuhan ketersediaan lapangan kerja dengan
laju penambahan angkatan kerja. "Agar seimbang, pencip-taan lapangan kerja formal harus lebih
cepat daripada pertumbuhan angkatan kerja," katanya.
Menurut dia, lulusan SMP lebih mudah terserap karena umumnya masuk ke sektor informal atau
lowongan kerja yang tidak memerlukan kapasitas lebih tinggi. Sulitnya angkatan kerja
berpendidikan tinggi mencari kerja menunjukkan masih ada masalah dari sisi suplai lapangan
kerja formal yang layak untuk angkatan kerja berpendidikan tinggi.
'"Wajar jika angkatan kerja berpendidikan lebih sulit mencari kerja. Apalagi, akibat pandemi,
meski mulai ada penambahan (lowongan kerja), tetapi lebih lambat dan tergantung daya tahan
sektornya terhadap pandemi," ujarnya. (AGE)
caption:
Ribuan calon pekerja migran Indonesia dari sejumlah daerah berunjuk rasa di Kementerian
Ketenagakerjaan, Jakarta, Senin (18/10/2021). Mereka menuntut kejelasan status penempatan
sebagai calon pekerja migran Indonesia.
106