Page 115 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2021
P. 115

Pertama, mengedepankan tanggung jawab dari pihak-pihak terkait. Kedua, pemerintah tidak
              mengambil alih tanggung jawab pidana maupun perdata.
              Ketiga, memberikan perlindungan sesuai hukum nasional, negara setempat, maupun kebiasaan
              internasional.

              "Kami tidak memberikan impunitas terhadap warga kita yang melakukan kejahatan di luar negeri.
              Namun, tugas pemerintah adalah memberikan pendampingan hukum agar warga negara kita
              mendapatkan hak-haknya secara adil di negara setempat," ujar Judha.

              Bukan hanya itu, pemerintah juga melakukan langkah-langkah litigasi dan non litigasi, seperti
              upaya hukum dan diplomatik.

              "Upaya diplomatik baik dalam tingkat bilateral melalui lobi-lobi atau nota diplomatik. Memang ini
              tidak dalam konteks mengintervensi hukum setempat. Ini adalah upaya agar warga negara kita
              bisa dibebaskan dari ancaman hukuman mati," pungkas Judha.

              Pada 2021, setidaknya pemerintah telah membebaskan dua WNI dari ancaman hukuman mati
              dengan kasus pembunuhan di Arab Saudi.

              Ketua  Komnas  Perempuan,  Andy  Yentriyani,  menilai  hukuman  mati  terhadap  perempuan
              merupakan puncak dari tindakan kekerasan berbasis gender.

              Pasalnya,  sering  kali  perempuan  yang  menghadapi  hukuman  mati  justru  pada  awalnya
              merupakan korban kekerasan dalam rumah tangga.

              "Kalau kita lihat dari kajian yang ada sering kali perempuan menjadi terpidana hukuman mati
              adalah korban kekerasan di dalam rumah tangga. Misalnya untuk upaya pembelaan diri juga
              karena  tekanan  psikologis  yang  dihadapi.  Lalu,  tekanan  fisik  maupun  seksual  sehingga
              mengambil tindakan penghilangan nyawa," katanya yang juga hadir dalam diskusi daring itu.

              Lanjut  Andy,  banyak  perempuan  yang  menjadi  terpidana  mati  merupakan  korban  dari
              perdagangan orang dengan tujuan utama untuk dijadikan kurir narkoba.

              Hal  tersebut  diperparah  dengan  sistem  patriarki  di  kalangan  masyarakat  dan  membuat
              perempuan  gampang  terperdaya  untuk  melakukan  tindakan  kriminal  yang  berujung  pada
              hukuman mati.
              "Sistem  patriarki  di  masyarakat  kita  menyebabkan  perempuan  hidup  dalam  model
              ketergantungan  bukan  hanya  secara  ekonomi  tapi  psikis  kepada  laki-laki.  Akibatnya  sangat
              rentan mengalami tipu daya," pungkasnya.

              Sementara, Ahli Hukum Universitas Atma Jaya Jakarta, Asmin Fransiska, mengatakan hukuman
              mati kerap diskriminatif dan tidak proporsional.

              Hukuman mati  sering kali menjangkau kelompok rentan, miskin, dan buta hukum.

              "Buta terhadap mereka yang membutuhkan bantuan hukum lebih layak," pungkasnya.













                                                           114
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120