Page 20 - BULETIN 1208
P. 20
BULETIN Parlementaria
Hendrawan Supratikno
KOMISI XI • DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA Nilai Indonesia Tidak
Akan Masuk dalam
Situasi Stagflasi
nggota Komisi XI peluang kepada industri
DPR RI Hendrawan untuk bergerak atau
Supratikno menilai hidup meskipun dalam
Indonesia tidak kapasitas industri yang
A akan masuk dalam tidak begitu maksimal
situasi krisis berdimensi stagflasi. karena pengaruh
Sehingga, ia meyakini krisis yang ekonomi global
FOTO: OJI/MAN
terjadi di Sri Lanka tidak akan terjadi tadi,” ujar politisi Anggota Komisi XI DPR RI Hendrawan Supratikno.
di Indonesia. Diketahui, stagflasi PDI-Perjuangan itu.
adalah krisis yang terjadi secara Faktor kedua adalah Indonesia
kombinasi antara stagnasi dan memiliki produk ekspor komoditas Rp7.040,32 triliun per April 2022,
inflasi. Stagnasi ditandai dengan (nonmigas) yang bervariasi di pasar sementara Sri Lanka menunjukkan
tingginya angka pengangguran global. Diketahui, ekspor nonmigas angka 107 persen dengan tingkat
karena rendahnya pertumbuhan ini masih mendominasi total ekspor inflasi sekitar 54,6 persen per Juni
ekonomi. Sementara inflasi Indonesia, yakni mencapai 22,84 2022 silam.
ditandai kenaikan harga secara miliar dolar AS per November Debt to GDP ratio Indonesia
umum karena jumlah uang yang 2021. Komoditas unggulan dalam tersebut masih berada jauh di
beredar lebih cepat dibandingkan ekspor nonmigas Indonesia meliputi bawah ketentuan ambang batas
persediaan barang di pasaran. kelapa sawit, batu bara, karet, kopi, yang diatur dalam Undang-Undang
“Jadi, stagflasi artinya kondisi teh, dan kakao. Beberapa negara Keuangan Negara, yakni 60 persen
ekonomi yang diwarnai oleh dua tujuan ekspor beberapa komoditas dari GDP. Meskipun demikian,
penyakit terbesar ekonomi yaitu tersebut di antaranya adalah China, Hendrawan menegaskan,
pengangguran sekaligus inflasi. India, Filipina, Jepang, Malaysia, Indonesia harus hati-hati
Tetapi, Indonesia agak beruntung Korea Selatan, dan sebagainya. dikarenakan masih menghadapi
karena memiliki tiga kondisi yang “Ketika ekspor kayu menurun, defisit seperti defisit APBN, dan
jarang dimiliki oleh negara lain tetapi tiba-tiba batu bara naik, defisit transaksi berjalan meskipun
yang saat ini krisis,” ujar Hendrawan kelapa sawit naik, nikel naik. Tidak dalam beberapa bulan ini
saat dihubungi Parlementaria via seperti Sri Lanka yang ekspornya mencatatkan angka surplus.
telepon, Kamis (14/7). terbatas pada satu atau dua “Karena penghasilan
Faktor pertama tersebut komoditas saja,” tutur Wakil Ketua yang mendadak naik dari
adalah pasar domestik di Badan Akuntabilitas Keuangan sektor komoditas. Kemudian
Indonesia sangat besar, ditandai Negara (BAKN) DPR RI ini. defisit keseimbangan primer.
dengan jumlah populasi 270 juta Faktor ketiga ketergantungan Dibandingkan negara lain, kondisi
penduduk. Menurutnya, dengan eksternal Indonesia, khususnya fiskal kita meski tidak sehat betul,
besarnya penduduk Indonesia dalam hal keuangan, relatif masih tetapi masih relatif terkendali. Tiga Scan QR
untuk berita
tersebut akan menjadi ‘bantalan’ terkendali. Hal itu ditunjukkan kondisi ini, membuat ekonomi kita selengkapnya
ekonomi ketika pertumbuhan dengan rasio utang terhadap mestinya lebih tahan menghadapi
ekonomi dunia melemah. “Karena GDP masih berada dalam kisaran guncangan eksternal,” tutup
pasar yang besar, memberikan 39 persen atau setara dengan Hendrawan. l rdn/sf
20 Nomor 1208/III/VII/2022 • Juli 2022