Page 255 - Tere Liye - Bumi
P. 255

TereLiye “Bumi”   252




                         ”Bersiap­siap! Kita meluncur,” Ilo berseru, menekan tuas ke depan.

                  Sekejap, kapsul yang kami naiki sudah melesat maju, lebih cepat
                  dibandingkan kemudi otomatis.

                         Aku menatap Ilo cemas. Seli di sebelah memejamkan mata. Speaker
                  di dalam kapsul berkali­kali mengingatkan bahwa mengambil alih kemudi
                  otomatis amat berbahaya. Tapi Ilo tidak mendengarkan. Dia konsentrasi
                  penuh memperhatikan layar untuk melihat posisi ribuan kapsul lainnya.
                  Sesekali kapsul kami hanya berbeda beberapa detik berpapasan dengan
                  kapsul lain saat bertemu di perlintasan. Ilo gesit membanting kemudi.
                  Kapsul yang kami naiki terus melaju cepat di dalam lorong jalur kereta.


                         ”Awas!” aku berseru panik. Kami tiba di persimpangan enam lorong,
                  dari satu jalur di sisi kanan. Seperti  peluru ditembakkan, kapsul lain
                  meluncur cepat ke arah kami.

                         Penumpang di kapsul yang akan menabrak kami menjerit kencang.
                  Ilo tangkas mendorong tuas ke bawah. Kapsul kami meluncur masuk ke
                  lorong bawah, menghindar, lagi­lagi hanya sepersekian detik sebelum

                  terjadi tabrakan. Aku menahan napas. Seli menunduk, memejamkan
                  mata. Ini lebih gila dibanding kebut­kebutan di film fantasi.

                         Tetapi masalahnya  belum selesai, dari layar kemudi terlihat titik
                  merah yang melintas cepat di lorong  tempat kami masuk, ber­lawanan
                  arah. Aku mendongak, menatap Ilo. Kami harus berputar arah, lorong ini
                  hanya muat satu kapsul.


                         Ilo menggeleng, memastikan perhitungan kecepatan dan  wak­tu
                  yang tersisa di layar kemudi. ”Kita masih sempat berbelok di
                  persimpangan depan, Ra. Berbelok ke belakang juga percuma, kapsul lain
                  akan melintas dengan segera.” Ilo menambah ke­cepatan, kapsul
                  berdesing kencang.

                         Aku menelan ludah. Dua belas detik  berlalu, lampu terang dari
                  kapsul di depan kami sudah terlihat.  Dua kapsul bergerak cepat saling
                  mendekat.


                         Ilo mencengkeram tuas kemudi. Tepat di persimpangan, dia
                  membanting kemudi ke atas, tapi terlambat sepersekian detik. Kapsul
                  yang kami naiki masih menyenggol ujung kapsul yang datang! Kapsul





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   250   251   252   253   254   255   256   257   258   259   260