Page 250 - Tere Liye - Bumi
P. 250

TereLiye “Bumi”   247




                         Aku, Seli, dan Ali saling tatap. Bagaimana ini?


                         Ilo lebih dulu berdiri, merapikan rambut dan pakaiannya. ”Halo.”


                         Dua anggota Pasukan Bayangan itu terdiam sebentar menatap Ilo.

                         ”Selamat siang, Master Ilo,” mereka menyapa lebih ramah.


                         ”Siang. Ada yang bisa saya bantu?”  Ilo melihat  mereka selintas,
                  memasukkan tangan ke saku, bertanya sambil menghalangi dua orang itu
                  masuk lebih dalam.

                         ”Kami minta maaf  harus menghentikan laju kapsul, Master Ilo.
                  Penguasa kota sudah berganti. Kami diperintahkan meme­riksa seluruh
                  penumpang, memastikan semua aman, tidak ada pelaku kerusuhan yang
                  berpotensi menolak penguasa baru.”


                         ”Aku tidak peduli  dengan kekacauan politik ini,”  Ilo menjawab
                  datar. ”Aku tidak mendukung pihak mana pun. Bagiku urusan­nya
                  sederhana, siapa pun penguasa di Tower Sentral, seragam pasukan kalian
                  tetap desainku, masalah bisnis saja. Atau kalian menganggap aku salah
                  satu pelaku kerusuhan?”


                         Dua orang berseragam gelap itu saling lirik. Salah satu dari mereka
                  melihat kami.

                         ”Tiga anak itu ikut bersamaku. Mereka sedang melakukan tugas
                  sekolah, wawancara, karya tulis, seperti itulah.” Ilo masih menghalangi
                  mereka masuk.


                         Dua orang itu saling tatap, berbicara berbisik.

                         Salah satu dari mereka menggeleng. ”Maaf, Master Ilo, kami ha­nya
                  melaksanakan perintah, kami harus memeriksa semua orang.  Kami
                  mungkin bisa mengecualikan Anda, tapi tidak tiga anak tersebut.”


                         Di luar kapsul kami, Stasiun Sentral semakin gaduh. Lebih banyak
                  lagi kapsul kereta yang dipaksa mendarat. Beberapa  orang menolak
                  turun, berseru­seru marah. Satu­dua dipaksa, diseret keluar oleh
                  Pasukan Bayangan dan orang­orang ber­se­ragam akademi.







                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255