Page 247 - Tere Liye - Bumi
P. 247

TereLiye “Bumi”   244




                  anggota perustakaan, tanpa perlu membawa seribu anggota Pasukan

                  Bayangan.”

                         Aku menatap layar televisi di dinding kapsul tanpa  berkedip.
                  Bahkan mengabaikan kalimat pembawa acara di layar televisi, yang entah
                  sedang bergurau atau karena situasi panik men­cekam dia justru tidak
                  menyadari mengucapkan kalimat tersebut.


                         ”Bagaimana dengan Av?” aku bertanya.

                         ”Kita tidak perlu mengkhawatirkan dia, Ra.” Ilo menggeleng. ”Sejak
                  kecil aku tahu dia lebih dari seorang pustakawan. Aku mencemaskan hal
                  lain yang lebih serius. Si sulung Ily, aku harus mengontak dia di
                  akademinya sekarang.” Ilo menekan peralatan di pergelangan tangannya.


                         ”Apa yang terjadi dengan gedung perpustakaan tadi, Ra?” Seli
                  bertanya.

                         Layar televisi di dinding kapsul sudah berganti lagi, menyiar­kan
                  dari lokasi lain.


                         ”Pasukan itu berusaha masuk ke Bagian Terlarang,” aku men­jawab
                  pelan.


                         ”Apakah orang berpakaian abu­abu tadi masih di sana?”

                         Aku menggeleng. ”Aku tidak tahu, Sel. Mereka masih me­nyerbu
                  gedung perpustakaan.”

                         ”Seluruh kota sepertinya sedang perang,” Ali bergumam di se­­belah

                  kami. ”Ini buruk sekali. Kita baru pertama kali me­ngunjungi dunia ini,
                  mereka  malah perang. Seharusnya ini study tour yang seru. Malah
                  sebaliknya, kerusuhan di mana­mana.”

                         Aku dan Seli melotot ke arah Ali.


                         ”Tidak bisa,” Ilo lebih dulu berseru cemas, ”Ily tidak bisa dikontak.
                  Akademinya juga tidak bisa dihubungi.”

                         ”Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyaku, ikut cemas.








                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252