Page 246 - Tere Liye - Bumi
P. 246

TereLiye “Bumi”   243




                  mengingatkan kemarin dia sempat memukul kepala salah satu dari

                  mereka dengan pemukul bola kasti.

                         Aku melotot kepada Ali. Tidak bisakah dia sedikit serius? Tamus
                  jelas berbahaya, dan sekarang masalah kami ditambah pula dengan
                  pertempuran merebak di kota ini.


                         Siaran  itu terhenti sejenak. Pembawa acara terlihat me­nerima
                  konfirmasi berita di tengah siaran langsung. Dalam situasi darurat,
                  sepertinya berita superpenting bisa datang kapan saja, termasuk saat
                  siaran.

                         ”Penduduk Kota Tishri, masih bersama kami dalam breaking news.
                  Kami baru saja memperoleh informasi bahwa masih ada beberapa pusat
                  pemerintahan yang belum berhasil dikuasai Pasukan Bayangan di bawah
                  komando penguasa baru. Baik, kita akan segera terhubung dengan salah
                  satu kamera otomatis yang berada di Perpustakaan Sentral.”


                         Seli memegang tanganku, meskipun tidak mengerti kalimat
                  pembawa acara. Gambar di layar televisi segera berganti dengan lapangan
                  luas berumput hijau dengan dua air terjun besar di  kiri­kanannya.
                  Ribuan orang dengan pakaian gelap—pakaian yang dikenakan delapan
                  orang saat datang ke aula sekolah—ter­lihat mengepung gedung besar
                  yang baru saja kami datangi be­berapa jam lalu.

                         Asap hitam mengepul di mana­mana.  Suara dentuman ter­dengar

                  susul­menyusul, lebih hebat dibanding dentuman di  Tower Sentral.
                  Penduduk biasa, seperti pengunjung dan pegawai perpustakaan itu,
                  berlarian panik, berseru­seru.

                         Wajah Ilo di sebelahku terlihat tegang.


                         ”Hingga detik ini, pertempuran masih berlangsung sengit di
                  Perpustakaan Sentral. Setidaknya ada seribu anggota Pasukan Bayangan
                  yang menyerbu perpustakaan, dan kondisi gedung terlihat hancur
                  sebagian. Ini amat menarik, karena selain per­tanya­an bagaimana
                  perpustakaan bisa bertahan memberikan perlawanan sejauh ini,
                  pertanyaan berikutnya yang lebih penting adalah entah apa yang hendak
                  mereka kuasai dari sana, karena setahu kami, ayolah, siapa pun bisa
                  meminjam buku secara baik­baik sepanjang telah terdaftar sebagai





                                                                            http://pustaka-indo.blogspot.com
   241   242   243   244   245   246   247   248   249   250   251