Page 79 - Jadilah_Pelita
P. 79

150                Jadilah Pelita                                           Musabab yang Saling Bergantung   151

        diri”: tidak ada diri yang mutlak eksis atau terpisah                 Apa Manfaat Pemahaman Tentang
        keberadaannya. Ini tidak berarti bahwa “aku” ini                 Musabab yang Saling Bergantung Bagi Kita?
        tidak ada sama sekali. Yang kita tiadakan adalah
        keberadaannya yang konstan dan lepas terpisah.                  PM: Apa manfaat pemahaman tentang kaidah ini
        Secara konvensional, keberadaan “aku” yang marah                bagi kita?
        itu ada, tetapi “aku” itu tidak eksis secara terpisah.
                                                                        TC: Ketika kita menyadari kesunyaan, kita mampu
        “Aku” bergantung pada sebab-sebab dan kondisi-                  melihat bahwa tidak ada sosok nyata yang marah.
        kondisi: bertemunya sperma dan sel telur orang                  Tidak ada sosok nyata yang perlu dipertahankan
        tua kita, kesadaran kita dari kehidupan sebelumnya,             reputasinya. Tidak ada seseorang atau sebuah objek
        dan lain-lain. “Aku” juga bergantung pada bagian-               indah yang berdiri sendiri, yang harus kita miliki.
        bagian penyusunnya: batin dan badan kita. “Aku”                 Dengan menyadari kesunyaan, kelekatan kita,
        juga bergantung pada konsep dan penamaan,                       kemarahan, iri hati, kesombongan, dan sifat-sifat tak
        yaitu dengan bergabungnya batin dan badan kita,                 terpuji lainnya akan musnah, karena tidak ada sosok
        kita mencerap seseorang dan menamainya “aku”.                   nyata yang mutlak harus dilindungi dan tidak ada
        Kita ada hanya karena “diberi label” dengan dasar               objek nyata yang mutlak harus dilekati.
        penyusunnya—batin dan badan kita.
                                                                        Ini tidak berarti kita menjadi lesu dan tidak bergairah,
                                                                        dengan berpikiran, “Tidak ada aku yang nyata, tidak
                                                                        ada tujuan yang nyata, lalu buat apa repot-repot
                                                                        berbuat ini dan itu?” Menyadari ketiadaan diri
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84