Page 22 - Bank Soal UP PPG Daljab 2019/2020
P. 22

Kisi-Kisi Soal UP_2019_Encar_PPGPAI_LPTK_UINSGD
            Maslamah,  Saad  bin  Abi  Waqqash,  Hasan  bin  Tsabit,  Abdullah  bin  Salam  yang  waktu  itu  berada  di
            Madinah tidak mau ikut membai’at Ali. Ibn Umar dan Saad misalnya bersedia membai’at kalau seluruh
            rakyat sudah membai’at. Mengenai Thalhah dan Zubair diriwayatkan, mereka membai’at secara terpaksa.
            Akan  tetapi,  riwayat  lain  menyatakan  bahwa  mereka  bersama  kaum  Anshar  dan  Muhajirinlah  yang
            meminta kepada Ali agar bersedia dibai’at menjadi khalifah. Mereka menyatakan bahwa mereka tidak
            punya pilihan lain, kecuali memilih Ali.

            Salah  seorang  tokoh  yang  menolak  untuk  membai’at  Ali  dan  menunjukan  sikap  konfrontatif  adalah
            Muawiyah  bin  Abi  Sufyan,  keluarga  Ustman  dan  Gubernur  Syam.  Alasan  yang  dikemukakan  karena
            menurutnya Ali bertanggung jawab atas terbunuhnya Usman

            Kondisi Sosial Politik di Masa Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah
            Keadaan  sosial  politik  pada  awal  kepemimpinan  Ali  sangat  tidak  stabil  karena  terjadi  pemberotakan
            dimana-mana.     Pemberontakan-pemberontakan       itu   tidak   dapat   diselesaikan   hingga   akhir
            kepemimpinannya,  hingga  hal-hal  tersebut  menyebabkan  pecahnya  umat  islam  menjadi  beberapa
            golongan dan sangat tidak menguntungkan bagi Ali bin Abi Thalib.

            Pemberontakan-pemberontakan tersebut diantaranya adalah:
            a.  Perang Jamal (36 H/657 M)Peperangan antaraaisyah dan Abdullah bin saba’
                  perang jamal merupakan perang pertama yang terjadi sesama kaum muslimin
            b.  Perang Siffin (37H/658M)
                Peperangan antara umat islam terjadi lagi, yaitu antara khalifah Ali bersama pasukannya dengan
                muawiyah sebagai gubernur Suriah bersama pasukannya. Perang ini terjadi karena khalifah Ali
                ingin menyelesaika pemberontakan Mu’awiyah yang menolak peletakan jabatan dan secara terbuka
                menentang  khalifah  dan  tidak  mengakuinya.  Peperangan  ini  terjadi  di  kota  Siffin  pada  tahun
                37H/658M  yang hampir saja dimenangkan Khalifah Ali. Namun atas kecerdikan Mu’awiyah  yang
                dimotori oleh panglima perangnya Amr bin Ash, yang mengacungkan Al-Qur’an dengan tombaknya
                yang mempunyai arti bahwa mereka mengajak berdamai dengan menggunakan Al-Qur’an. Khalifah
                Ali  mengetahui  bahwa  hal  tersebut  adalah  tipu  muslihat,  namun  karena  didesak  oleh  pasukannya,
                khalifah menerima tawaran tersebut. Akhirnya, terjadi peristiwa tahkim yang secara politis khalifah
                Ali  mengalami  kekalahan,  karena  Abu  Musa  Al-Asy’ari  sebagai  wakil  khalifah  menurunkan  Ali
                sebagai  khalifah,  sementara  Amr  bin  Ash  tidak  menurunkan  Mu’awiyah  sebagai  gubernur  Suriah,
                bahkan menjadikan kedudukannya setingkat dengan khalifah.[8]

            c.  Peristiwa Tahkim pada Masa Ali bin Abi Thalib
                Hasil tahkim karena kejujuran dan kelemahan Abu Musa Al-Asy’ari dan juga karena kecerdikan dan
                ketidakjujuran Amr bin Ash merugikan pihak Ali. Pasukan Ali sangat kecewa dengan hasil tahkim,
                karena  kemenangan  perang  siffin  yang  sudah  hampir  ditangan,  telah  hilang  dan  tidak  dapat
                diharapkan kembali. Oleh karena itu, pendukung Ali bin Abi Thalib terpecah menjadi dua: kelompok
                yang tetap mendukung Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib dan kelompok yang melakukan pembelotan
                dengan menentang kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Mereka menyatakan diri keluar dari pendukung
                Ali bin Abi Thalib yang kemudian melakukan gerakan perlawanan terhadap semua pihak yang terlibat
                dalam tahkim, termasuk Ali bin Abi Thalib. Sedangkan disisi lain, Mu’awiyah dan pengikutnya tetap
                bersatu dan berarti lebih kuat dari pada pendukung Ali bin Abi Thalib.

                Kelompok Ali yang kecewa dengan hasil tahkim berkumpul di Mekah dan melakukan kesepakatan
                yang dipimpin oleh Abd al-Rahman Ibn Muljam al-Maradi, al-Bark Ibn ‘Abdullah al-Tamimi, dan
                Amr  Ibn  Bakir al-tamimi untuk menentang kepada pemimpin Ali bin  Abi Thalib dan Mu’awiyah.
                Mereka  adalah  khawarij.  Oleh  karena  itu  umat  islam  terbagi  menjadi  tiga  kelompok  politik:  Ali,
                Mu’awiyah, dan Khawarij.

                Ali  dihadapkan  pada  dua  lawan:  Mu’awiyah  dan  khawarij,  Ali  dan  pasukannya  disibukan  dengan
                melawan khawarij yang jumlahnya sekitar 12000 orang. Ketika Ali menumpas khawarij, Mu’awiyah
                memanfaatkan kesempatan dengan mengirim pasukan dibawah Amr bin Ash ke Mesir dan berhasil
                mengalahkan pasukan Qais yang menjadi amir Mesir. Pasukan khawarij dikalahkan oleh pasukan Ali
                                                                                                     Page 18 of 107
   17   18   19   20   21   22   23   24   25   26   27