Page 46 - MODUL SENI BUDAYA - Copy 1
P. 46
Sadar akan harga diri,yang memancarkan keagungan,
kewibawaan, berisi,kepastian,keberhasilan dan kesempurnaan
sikap
Kemanunggalan lahir bathin, pemusatan kendali ekspresi
kepribadian yang bulat
Kukuh tak bergeming dari kemantapan, tak goyah atas segala
gangguan
c) Tari Klasik adalah tari yang berkembang di kerajaan-kerajaan yang
telah ada di Indonesia. Puncak tari klasik terdapat pada kerajaan di
Indonesia khususnya di yogyakarta, Surakarta, Kasepuhan Cirebon,
kerajaanbone, Kerajaan Mataram Kuno, dan Kerajaan Klungkung di
Bali.
Tari Non Tradisional adalah tari yang tidak berpijak pada aturan yang
sudah ada seperti tari tradisional. Tari jenis ini tari pembaruan. Tari
nontradisional lebih mengungkapkan gaya pribadi. Contoh tarinya
adalah tari karya Didik nini towok misalnya tari wek-wek,
persembahan. Tari karya Bagong Kussudihardjo misalnya tari yapong,
wira pertiwi. Karya Wiwik Widyastuti tari cantik, tari karya Abdul
rochem tari Gitek balen, tari nandak ganjen karya Entong sukirman dll.
d. Fungsi Tari
a) Tari Sebagai Sarana Upacara
Ciri – ciri :
1. Hidup dan berkembang dalam tradisi yang kuat, sebagai sarana untuk
persembahan
2. Sebagai sarana memuja dewa (keagamaan) yang berarti bersifat sakral,
3. Bersifat kebersamaan dan diulang-ulang.
Misalnya :
Upacara maju perang : Mandau (Kalimantan)
Upacara panen : tari Pakarena (Sulawesi Tenggara) dan tari Manimbon
(Toraja)
Upacara khitanan : tari Sisingaan (Jawa Barat), tari Jaran Buto (Blitar)
Upacara mengusir roh atau mengusir penyakit : tari Sang Hyang
(Bali), tari Mabugi (Toraja)
Upacara menjemput tamu : tari Reyog Ponorogo, tari Reyog Dodog
(Tulungagung), tari Pendet (Bali), tari Cakalele (Maluku)