Page 132 - Microsoft Word - INDONESIA IS WE_56 GURU MOTIVATOR NASIONAL_ANTOLOGI
P. 132
Padahal guru merupakan roda penggerak literasi di
sekolah. Guru yang telah memiliki budaya literasi akan
dicontoh oleh peserta didik. Apa yang dilakukan oleh guru
menjadi teladan. Keteladanan dapat lebih efektif daripada
perintah. Jika guru memiliki karya maka peserta didik juga
akan terinspirasi untuk mengikutinya. Sebaliknya, guru yang
kurang suka membaca dan malas membuat karya maka
cenderung diabaikan ketika memberi tugas untuk membaca
dan menulis.
Mengajak guru untuk suka membaca dan membuat karya
bukanlah perkara mudah. Karena guru masih suka menikmati
zona nyaman dalam menikmati waktu luang dengan
berbincang (ngobrol), bermain android atau menikmati video
dalam youtube sebagai hiburan. Bahkan bagi yang belum
memulai, menulis merupakan perkara yang sulit.
Membayangkan membuat satu paragraf saja berat apalagi
sampai menjadi naskah tulisan untuk diterbitkan. Terasa
mustahil.
Melakukan pendekatan secara personal saya lakukan
pada rekan dekat. Melalui perbincangan saat berjalan menuju
kelas. Saat sama‐sama menuju masjid untuk shalat
berjamaah. Mereka saya ajak untuk ikut membuat naskah
tulisan. Apalagi saat ini kemampuan menulis mutlak
diperlukan bagi seorang guru. Utamanya bagi ASN (Aparatur
Sipil Negara) untuk kepentingan kenaikan pangkat. Saya
yakinkan bahwa menulis itu menjadi mudah ketika sudah
terbiasa. Bahkan dapat menimbulkan kecanduan untuk
menulis kembali. "Agar semakin lancar dalam menulis kita
harus memiliki budaya literasi." kataku meyakinkan.
116 | 56 Guru Motivator Nasional