Page 25 - Kelas XI_Sejarah Indonesia_KD 3.5
P. 25
Jumlah sekolah dasar menurun dari 21.500 menjadi 13.500 buah. Sekolah lanjutan
menurun dari 850 menjadi 20 buah. Kegiatan perguruan tinggi boleh dikatakan macet.
Jumlah murid sekolah dasar menurun 30% dan jumlah siswa sekolah lanjutan merosot
sampai 90%. Begitu juga tenaga pengajarnya mengalami penurunan secara signifikan.
Muatan kurikulum yang diajarkan juga dibatasi. Mata pelajaran bahasa Indonesia dijadikan
mata pelajaran utama, sekaligus sebagai bahasa pengantar. Kemudian, bahasa Jepang
menjadi mata pelajaran wajib di sekolah
Akibat keputusan pemerintah Jepang tersebut, membuat angka buta huruf menjadi
meningkat. Oleh karena itu, pemuda Indonesia mengadakan program pemberantasan buta
huruf yang dipelopori oleh Putera. Berdasarkan kenyataan tersebut, dapat dikatakan
bahwa kondisi pendidikan di Indonesia pada masa pendudukan Jepang mengalami
kemunduran. Kemunduran pendidikan itu juga berkaitan dengan kebijakan pemerintah
Jepang yang lebih berorientasi pada kemiliteran untuk kepentingan pertahanan Indonesia
dibandingkan pendidikan. Banyak anak usia sekolah yang harus masuk organisasi
semimiliter sehingga banyak anak yang meninggalkan bangku sekolah. Bagi Jepang,
pelaksanaan pendidikan bagi rakyat Indonesia bukan untuk membuat pandai, tetapi dalam
rangka untuk pembentukan kaderkader yang memelopori program Kemakmuran Bersama
Asia Timur Raya. Oleh karena itu, sekolah selalu menjadi tempat indoktrinasi kejepangan
“Menurut kamu apakah alasan Jepang membatasi pendidikan di Indonesia, cba kamu
pikirkan”
3. Kejamnya Romusha
Terkait romusha, presiden Soekarno
melontarkan beberapa pernyataan:
"Sesungguhnya akulah yang mengirim
mereka untuk kerja paksa. Ya, akulah
orangnya. Aku menyuruh mereka
berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya,
akulah orangnya. Aku membuat
pernyataan untuk menyokong
pengerahan romusha. Aku bergambar
dekat Bogor dengan topi di kepala dan
cangkul di tangan untuk menunjukkan
betapa mudah dan enaknya menjadi
seorang romusha..."
"...Aku melakukan perjalanan ke Banten
untuk menyaksikan tulang-tulang
kerangka hidup yang menimbulkan
belas, membudak di garis belakang, jauh
di dalam tambang batu bara dan emas.
Mengerikan. Ini membuat hati di dalam
seperti diremuk-remuk."