Page 62 - Al Ashri edisi 44MP
P. 62
OPINI
dunia. Dia masih bersyukur dan berbagi rasa dengan lain sedang shalat adalah cirri orang tidak memiliki
orang yang lebih malang darinya.” kesadaran situasional.
Ketika menuliskan ini, kulit saya pun merinding, Presence (Kehadiran)
malu pada ibu itu, ingat sudah punya ini-itu, masih 2
yaitu menyesuaikan diri kita dalam lingkungan
ingin ini-itu, masih terus merasa kurang, dan sangat- dan bagaimana kita melakukan sesuatu sesuai
sangat sedikit berkorban untuk orang lain. lingkungan. Contoh, bagaimana cara berpakaian
Hening beberapa saat dalam diri Lauren. Lalu ia kita ke sekolah, ke kantor, mengobrol dengan orang
berkata kepada dirinya sendiri: “Jika ini Islam, Saya yang lebih tua, dan berinteraksi dengan orang-orang
ingin jadi Muslim.” yang lebih muda.
Tahun 2010, Lauren muncul di saluran TV Islam
dalam acara Global Peace and Unity, mengenakan Authenticity (Keaslian)
yaitu bagaimana sinyal dari penampilan dapat
busana Muslimah, dan memaklumkan: “My name is 3
Lauren Booth, and I am a Muslim.” menjadi penilaian orang lain. Body language akan
Dari kisah nyata di atas, tampak jelas bagaimana memberikan sinyal-sinyal tertentu, penampilan dan
puasa bisa membentuk seorang ibu yang hidupnya body language sangat berhubungan seperti contohnya
saja masih kekurangan, namun ia sangat bersyukur ketika kita sedang berbicara, kita malah acuh tak
dengan keadaannya dan masih memikirkan orang acuh dan tidak menatap lawan bicara, atau ketika
lain yang lebih kekurangan dari dirinya. Puasa kita bertemu guru, pura-pura tidak melihatnya,
mampu melatih seseorang menjadi lebih peduli bahkan seakan-akan kita tidak mengenalnya.
terhadap orang lain dan mau berkorban untuk Clarity (Kejelasan)
orang lain. Hal ini karena pada saat berpuasa 4
aspek kini menjelaskan sejauh mana seseorang
kita dilatih untuk merasakan penderitaan orang- dibekali kemampuan untuk menyampaikan
orang yang kekurangan makan dan minum. Hal gagasan dan idenya secara persuasif, sehingga orang
tersebut menumbuhkan rasa empati kita kepada lain bisa menerimanya dengan tangan terbuka.
orang yang fakir dan miskin. Puasa yang bukan Sejauh mana kita bisa menjelaskan, metode yang kita
hanya sekedar menahan diri dari lapar dan haus, terapkan kepada orang lain. Misalnya mengajarkan
namun juga menjaga diri dari segala sikap yang cuci tangan kepada anak kecil, anak-anak akan
buruk selama berpuasa, akan sangat berpengaruh mengerti bila kita menjelaskan secara konkrit.
pada perkembangan kecerdasan sosial yang ada Empathy (Empati), aspek ini merujuk pada sejauh
pada diri seseorang. Bahkan bisa mempengaruhi mana seseorang dapat berempati pada gagasan dan
tingkat kepercayaan orang lain terhadapnya, karena penderitaan orang lain. Sejauh mana kita memiliki
di dalam berpuasa kita pun dilatih untuk bersikap keterampilan untuk bisa mendengarkan, memahami
jujur walaupun tidak ada orang lain. Keimanan pemikiran orang lain, danmelakukanaksinyataunt
yang merupakan syarat mutlak bagi seseorang yang ukmeringankanpenderitaan orang lain. Bagaimana
hendak berpuasa, menjadikannya selalu merasa kita bisa memahami orang lain dan mampu
diawasi oleh Allah SWT. Seseorang yang sudah menyelesaikan masalah. Misalnya mendengarkan
melaksanakan puasa dengan sebenar-benarnya akan penjelasan guru saat sedang menerangkan pelajaran
memunculkan sikap peduli, jujur, empati, taat, di kelas, dan mau mengajarkan teman kita yang
disiplin dan percaya diri. Hal ini sesuai dengan apa belum memahami pelajaran tertentu. Orang cerdas
yang disampaikan oleh Karl Albertcht tentang lima adalah orang yang bisa menempatkan dirinya dalam
elemen kecerdasan social pada tahun 2005, dalam ke lima komponen d iatas, orang sukses bukanlah
bukunya Social Intelligence, yang disingkat menjadi mereka yang memiliki IQ tinggi tetapi 80% mereka
“SPACE”, sebagai berikut: dinilai dari kecerdasan sosialnya.
Situational awareness (kesadaransituasional) Demikianlah lima elemen kunci yang menurut
yaitu sebuah kehendak untuk bisa memahami Karl Albrecht merupakan aspek penting yang layak
1 akan kebutuhan serta hak orang lain atau individu diperhatikan untuk bisa menenunbingkai kecerdasan
dalam mengobservasi, melihat, dan mengetahui emosional secara optimal. Dengan berpuasa tentu
konteks situasi sosial, sehingga mampu mengelola saja kita harus mampu menyempurnakan diri dalam
orang–orang atau peristiwa. Contoh, seseorang kelima dimensi penting ini, supaya kita semua juga
yang berteriak atau mengobrol di masjid saat orang bisa menjadi pribadi-pribadi yang cerdas secara sosial.
60 edisi 44isi 44
ed