Page 164 - Modul Bahasa Indonesia Kelas VIII EDIT TERBARU (1)
P. 164

Bacalah Teks Drama Berikut:

                                                 SAHABAT SEJATI

             Suatu ketika disaat keadilan sudah menjadi kata yang punah. Sedang diadakannya ujian semester. Adi dan
             Banu duduk sebangku, Sita dan Dini duduk sebangku di depannya, sedangkan Rudi duduk sendiri disamping
             Banu.
             Mata  pelajaran  yang  sedang  di  ujiankan  adalah  matematika,  semua  murid  terlihat  kebingungan  dan
             kewalahan melihat soalnya. Dan terjadi lah percakapan antara 5 sekawan, Adi, Rudi, Banu, Sita dan Dini.

             Banu:      ―Din, aku minta jawaban soal nomor  5 dan 6!‖
             Dini:         ―A dan C.‖
             Sita:         ―Kalau soal nomor 10,11 dan 15 jawabannya apa Ban?‖
             Banu:      ―10 A, 11 D, nomor 15 aku belum.‖
             Adi:          ―Huss, jangan kencang-kencang nanti gurunya dengar.‖
             Sita:         ―Soalnya sulit sekali, masih banyak yang belum aku kerjakan.‖
             Mereka berempat saling contek-mencontek seperti pelajar lainnya. Tapi tidak dengan Rudi, ia terlihat rileks
             dan mengerjakan soal ujian sendiri tanpa mencontek.
             Banu:      ―Rud,kamu sudah selesai?‖
             Rudi:        ―Tinggal 3 soal lagi.
             Banu:      ―Aku minta jawaban nomor 15 sampai 20 Bud!‖
             Rudi:        ―Tidak bisa, Ban.‖
             Banu:      ―Kenapa? Kita sahabat Rud, kita harus kerjasama.‖
             Dini:        ―Iya Rud, kita harus kerja sama.‖
             Adi:          ―Iya, kamu kan yang paling pintar di sini Rud‖.
             Rudi:        ―Tapi bukan kerjasama seperti ini teman-teman.‖
             Sita:         ―Kenapa memang Rud? Hanya 5 soal saja!‖
             Rudi:        ―Mencontek atau pun memberi contek adalah hal buruk, yang dosanya sama. Aku tidak mau
                              mencotek karena dosa, begitu pula member contek ke kalian. Aku minta maaf.‖
             Sita:         ―Tapi saat ini, sangat mendesak Rud.‖
             Dini:         ―Iya Rud, bantu kami.‖
             Rudi:        ―Tetap tidak bisa.‖
             Adi:          ―Ya…sudah, biarkan. Urus saja dirimu sendiri Rud, dan kami urus diri kami sendiri.‖ (marah dan
                              kesal).
             Banu:      ―Biarkan, kita lihat di buku saja.‖

             Banu  lalu  mengeluarkan  buku  dari  kolong  bangkunya  secara  diam-diam,  kemudian  melihat  rumus  dan
             jawaban di dalamnya. Lalu Sita menanyakan hasilnya.

             Sita:         ―Bagaimana Ban? Ada tidak?‖
             Banu:      ―Ada, kalian dengar ya. 15 A, 16 D, 17 D, 18 B, 19 A, 20 C.‖

             Karena  suara  Banu  yang  agak  terdengar  keras,  Guru  pun  mendengarnya  dan  menghampiri  mereka
             berempat.

             Guru:      ―Kalian ini, mencontek terus. Keluar kalian.‖
                             (Mereka berempat di hukum di lapangan untuk menghormati tiang bendera)
             Banu:      ―Aku tidak menyangka akan seperti ini.‖
             Dini:         ―Aku juga tidak menyangka, akan dihukum.‖
             Sita:         ―Seharusnya kita belajar ya.‖
             Adi:          ―Iya, Rudi benar.‖
             Banu:      ―Disaat seperti ini, baru kita menyadarinya yah!‖



                                                           160
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169