Page 191 - Modul Bahasa Indonesia Kelas VIII EDIT TERBARU (1)
P. 191
A. Menggali Infomasi dalam Buku Fiksi dan Nonfiksi
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan mampu: Menggali dan menemukan informasi dari buku
fiksi dan nonfiksi yang dibaca.
1. Keragaman Infomasi dalam Buku Fuksi dan Nonfiksi
Buku Fiksi
Merupakan buku yang berisi cerita, sifatnya
imajinatif. Tidak membutuhkan pengamatan dalam
pembuatannya dan tidak tidak perlu
dipertanggungjawabkan, karena ide ceritanya
berasal dari khayalan atau imajinasi penulis. Bahasa
yang digunakan biasanya bahasa kiasan atau
konotatif. Jadi, pembaca diajak untuk masuk ke
dalam cerita itu dengan bahasa yang tidak biasa.
Buku Non-fiksi
Merupakan buku yang berisi kejadian
sebenarnya dan bersifat informatif. Dalam buku
nonfiksi, membutuhan pengamatan dan data
dalam pembuatannya, sehingga dapat
dipertanggungjawabkan isinya. Bahasa yang
digunakan biasanya bahasa denotatif atau
bahasa sebenarnya, jadi pembaca dapat
langsung memahami maksud dari isi buku.
Buku non-fiksi dibuat berdasarkan pengamatan
dan data maka isi dari buku tersebut harus
memiliki fakta-fakta. Oleh karena itu, buku non-
fiksi sering dijadikan sumber informasi oleh para pembaca.
Sangat jelas kan perbedaannya? Meskipun cerita novel, cerpen, dan juga dongeng merupakan cerita fiksi,
namun sang penulis seringkali mengadopsi peristiwa-peristiwa dan fakta-fakta tertentu. Hanya saja, tokoh dan
alur ceritanya dibuat lebih menarik agar pembaca bisa terbawa pada alur cerita yang dibuat oleh penulis.
“Lie Kim Hok menulis novel Indonesia yang pertama,” ungkap Claudine Salmon. “Hal itu terjadi sekitar
tiga puluh tahun sebelum roman berbahasa Indonesia karangan Marah Rusli: Sitti Nurbaya.”
Pada akhir abad ke-19, karya sastra Melayu-Tionghoa mulai berkembang di Hindia Belanda, yang
berlanjut hingga 1945. Orang-orang Tionghoa menulisnya dalam bahasa Melayu pasar, umumnya
untuk kalangan mereka sendiri.
187