Page 41 - Menabung_Ebook
P. 41
Landasan ekonomi utamanya adalah pertanian, khususnya pertanian sawah dan
irigasi dalam skala yang relatif besar dan terorganisasi secara efisien. Sektor ekonomi lain
yang penting adalah jasa, terutama perdagangan, baik lokal maupun antarbangsa. Mata
uang menjadi sarana baru yang diperkenalkan dalam kegiatan transaksi. Ideologi negara
bersumber dari agama Hindu dan Buddha yang mengakomodasi para penganut dengan
latar belakang dan motif yang berbeda-beda termasuk munculnya kelompok pedagang
yang memiliki dewa mereka sendiri.
1. Pertanian sebagai Landasan Ekonomi Kerajaan Menabung Membangun Bangsa
a. Peran Negara dalam Ekonomi Pertanian
Gambaran tentang peran pertanian sebagai landasan ekonomi kerajaan pada masa
kerajaan Indonesia kuno yang akan disajikan ini tidak mewakili seluruh kerajaan yang
pernah ada di Indonesia, baik yang tumbuh pada masa pengaruh Hindu dan Buddha
maupun Islam. Keterangan yang disajikan terutama diambil dari kasus Jawa Kuno yang
memang memberikan informasi cukup memadai.
Sumber prasasti dari abad ke-9 dan ke-10 memberikan gambaran raja ikut terlibat
dalam proses perluasan lahan sawah yang semula merupakan ladang. Pada umumnya
perubahan status kebun atau ladang menjadi sawah dikaitkan dengan penetapan suatu
desa menjadi sima. Perluasan itu berkaitan dengan kebutuhan institusi agama yang
memerlukan pasokan ekonomi melalui intensifikasi produk pertanian. Upacara itu
menandai persetujuan pejabat kerajaan terhadap upaya memperluas lahan pertanian
berlandaskan teknologi baru, yaitu sistem irigasi. Seberapa banyak produksi pertanian
dihasilkan dalam suatu periode tertentu belum dapat diketahui. Namun,dapat
diperkirakan bahwa peningkatan produk pertanian berkaitan dengan makin luasnya lahan
yang dialihkan dari nonsawah menjadi sawah.
Pada umumnya, peristiwa penetapan desa menjadi sima didahului dengan membuka
sawah atau mengubah tanah nonsawah menjadi tanah sawah. Dengan demikinan,
penetapan sima dapat juga dipandang sebagai salah satu cara untuk memperluas lahan
sawah dan sekaligusa meningkatkan produksi bahan pangan utama, yaitu padi atau 31
beras. Sawah sebagai sumber ekonomi pertanian telah disebut dalam prasasti Pihak-
Kamalagi (821 M). Namun, upaya perluasan tanah sawah secara besar-besaran baru
terjadi pada akhir abad ke-9, sebagaimana tercermin dalam beberapa prasasti dari masa
pemerintahan Kayuwangi (855—885 M). Untuk memperoleh gambaran mengenai upaya
peningkatan produksi pangan, khususnya beras, di bawah ini diperlihatkan tabel yang
memuat keterangan usaha perluasan tanah sawah yang berlangsung selama enam tahun
(876 s.d. 882 M).