Page 72 - Menabung_Ebook
P. 72
Pertanyaan di atas tidak mudah dijawab mengingat sumber sejarah yang ada tidak
memberikan keterangan apa pun berkaitan dengan tradisi ini. Bukti-bukti artefaktual pun
belum meyakinkan benar. Hingga kini belum pernah ditemukan celengan dalam keadaan
utuh yang berisi mata uang di dalamnya. Kenyataannya adalah bahwa sebagian besar
celengan ditemukan sudah hancur atau tidak utuh.
Bila kita berasumsi bahwa celengan Trowulan memang digunakan untuk menabung,
kita dapat mendugabahwa celengan yang utuh memang belum dijual. Kemungkinan lainnya
adalah sudah dibelitetapi belum diisi atau bahkan memang dibeli hanya untuk hiasan atau
mainan. Meskipun kepastian mengenai dugaan tersebut belum dapat diperoleh, satu
hal cukup meyakinkan bahwa sebagian celengan Majapahit memang digunakan untuk
menyimpan uang logam.
Beberapa celengan yang sepertinya utuh pada bagian bawahnya (dasarnya) sudah
berlubang. Lubang itu sengaja dibuat untuk mengeluarkan simpanan yang ada di dalamnya
tanpa harus merusak seluruh celengan. Bukti lain yang lebih meyakinkan adalah sebuah
wadah koleksi Pusat Penelitian Arkeologi yang pecah bagian atasnya, tetapi masih dapat
dikenali bahwa wadah tersebut adalah celengan karena bekas lubang untuk memasukan
mata uang masih tersisa sedikit. Wadah ini menjadi penting sekali artinya karena di
bagian dasarsebelah dalam tertingal sisa-sisa logam dari jenis mata uang kepeng. Dari
hasil temuan celengan di kotak galian pada tahun 1990 juga memperlihatkan adanya
sejumlah mata uang logam yang kedapatan berdekatan dengan temuan celengan yang
Menabung Masa Pramodern di dekatnya, cukup kuat alasan untuk mengatakan bahwa sejumlah celengan di Trowulan
sudah hancur. Bila benar mata uang tersebut semula berada di dalam celengan yang ada
memang benar-benar digunakan untuk menyimpan uang.
Seberapa luas masyarakat Majapahit telah mengenal kebiasaan menabung belum
bisa dikemukakan secara tegas. Hal yang sudah dapat diyakini adalah bahwa kelompok
masyarakat kota ada yang sudah melakukannya. Data penggalian tahun 1990 memberikan
bukti adanya dua celengan yang ditemukan berdekatan dengan mata uang logam di dalam
situs yang dikenal sebagai bekas “ibukota Majapahit”. Keduanya berada di dalam ruangan
dari sisa sebuah rumah tinggal yang mewakili kelompok masyarakat “bukan kelas bawah”.
Jika dilihat konteks temuan di sekelilingnya, celengan tersebut jelas tidak dipakai
untuk tujuan keagamaan, tetapi untuk sarana menabung dalam keluarga. Ini menunjukkan
62 indikasi kuat bahwa masyarakat kotalah yang paling aktif dalam kegiatan menabung.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa penduduk desa tidak mengenal adanya tradisi
menabung karena produksi celengan itu tentunya tidak dibuat oleh orang kota, tetapi oleh
penduduk desa atau oleh penduduk pinggir kota.
Mengenai mata uang yang disimpan di dalam celengan-celengan Trowulan, kita hanya
dapat menduga berdasarkan uang-uang logam yang tersebar di wilayah ini.
Bukti arkeologi memperlihatkan bahwa mata uang logam Cina yang terdapat di
Trowulan berasal dari 4 dinasti di Cina, yaitu Tang (618—762 M), Sung (960—1274), Ming
(1368—1457), dan Qing (1723—1743). Di situs itu, temuan mata uang dari dinasti Sung