Page 115 - Fix e modul-22
P. 115

Di  Makkah,  Sunan  Gunung  Jati  berguru  kepada  Syekh  Tajudin  al-

                     Qurthubi  selama  dua  tahun.  Tak  lama  kemudian  beliau  melanjutkan


                     perjalannya ke Mesir dan berguru ke pada Syekh Muhammad Athāillah al-

                     Syâdzili,  ulama  bermadzhab  Syafii.  Kepadanya,  Sunan  Gunung  Jati

                     mempelajari  tarekat  Syadziliyah.  Saat  usianya  genap  27  tahun  sekitar

                     tahun 1475 M Atas arahan dari Syekh Athâillah, beliau disuruh kembali ke

                     Nusantara  untuk  berguru  kepada  Syekh  Maulana  Ishak  di daerah  Pasai


                     Aceh,  untuk  mendalami  kembali  ilmu  agama  dan  taswuf.  Setelahnya,

                     pengembaraan  Sunan  Gunung  Jati  dalam  mencari  ilmu  dilanjutkannya

                     hingga  ke  daerah  Karawang,  Jawa  Barat.  Disana  Sunan  Gunung  Jati

                     menemui Syekh Bentong, kakek Raden Fatah, Raja Kerajaan Demak.


                           Perjalanan  Sunan  Gunung  Jati  dalam  menuntut  ilmu  agama  juga

                     dilanjutkan hingga ke Kudus. Disana Sunan Gunung Jati berguru kepada

                     seorang  ulama  bernama  Datuk  Barul.  Setelah  lulus,  beliau  disarankan

                     menuju  Ampeldenta  menemui  Sunan  Ampel  di  Gresik.  Di  sinilah  Sunan

                     Ampel bertemu dengan walisongo lainnya, antara lain; Sunan Giri, Sunan


                     Bonang, dan Sunan Kalijaga. Pertemuan ini berujung pada kesepakatan dan

                     tugas dakwah yang dibebankan kepadanya di Cirebon. Cirebon merupakan

                     daerah pertama di Jawa Barat yang penduduknya beragama Islam. Nama

                     Cirebon  muncul  setelah  Pangeran  Cakrabumi bersama  Ki Gedheng  Alang

                     Alang  membuka  perkampungan  di  daerah  Lemah  Wungkuk.  Desa  ini


                     berkembang  menjadi  kota  Pelabuhan  yang  ramai  disinggahi  pedagang-

                     pedagang  asing  dari  berbagai  daerah  dan  dari  luar  seperti  Cina,  Arab,

                     Persia, Mesir, dan India.

                           Mengawali  dakwahnya,  Sunan  Gunung  Jati  berperan  sebagai  guru

                     agama  menggantikan  Syekh  Datuk  Kahfi  di  Gunung  Sembung,  kemudian


                     melanjutkan dakwahnya ke Banten. Usaha dakwah Sunan Gunung Jati cukup

                     berhasil di dua daerah ini. Hal tersebut dikarenakan Sunan Gunung Jati

                     dekat  dengan  masyarakat  pedesaan,  beliau  dengan  mudah  mempelajari

                     karakter sosial disana untuk mendekatkan diri agar dapat diterima oleh

                     masyarakat.  Di  Cirebon,  Sunan  Gunung  Jati  menikah  dengan  Nyi  Ratu


                     Pakungwati, yaitu putri Pangeran Cakrabuana, penguasa kerajaan Cirebon.




                                                                                                                                  104
   110   111   112   113   114   115   116   117   118   119   120