Page 85 - Fix e modul-22
P. 85
C. Metode Dakwah Sunan Kalijaga
Sunan Kalijagamenggabungkan ajaran Islam dengan tradisi dan
budaya yang sudah mengakar dalam kehidupan masyarakat Jawa saat itu.
Beliau juga menggunakan pola dakwah yang sama dengan gurunya, Sunan
Bonang yaitu mengajarkan agama Islam dengan toleran melalui
pendekatan masyarakat tanpa membeda-bedakan latar belakangnya.
Sunan Kalijaga memanfaatkan kesenian dan budaya untuk sarana
berdakwah. Masyarakat Jawa pada pada dasarnya menyukai seni Wayang,
sehingga mulai tertarik dengan pertunjukan wayang yang digelar oleh
Sunan Kalijaga. Hal ini menunjukkan bahwa Sunan Kalijaga memiliki sikap
akomodatif terhadap budaya lokal.
Kalijaga tidak memungut biaya kepada masyarakat yang ingin
menyaksikan pertunjukan wayangnya. Sunan Kalijaga hanya meminta
orang-orang yang datang untuk mengucapkan dua kalimat syahadat
sebagai ganti biaya tiket masuknya. Ini jelas lebih mudah bagi masyarakat
daripada mengeluarkan uang. Akhirnya, masyarakat Jawa yang ketika itu
menganut paham kepercayaan animisme, secara perlahan-lahan mulai
menerima ajaran yang disampaikan oleh Sunan Kalijaga. Untuk
memastikan masyarakat Jawa dapat menerima agama Islam secara
perlahan, Sunan Kalijaga bahkan menggabungkan naskah kuno dengan
ajaran Islam ketika menggelar pertunjukan wayangnya. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Sunan Kalijaga memiliki sikap anti kekerasan.
Sunan Kalijaga juga menambahkan karakter baru seperti Bagong,
Semar, Petruk, dan Gareng untuk meningkatkan rasa ketertarikan
masyarakat menikmati seni Wayangnya. Kemudian, Beliau juga
menciptakan beberapa tembang. Beberapa tembang ciptaan Sunan
Kalijaga sampai sekarang masih sering dinyanyikan oleh masyarakat Jawa,
seperti tembang ilir-ilir. Dalam tembang ini, tersirat makna bahwa
manusia diharapkan dapat bangkit dari kesedihan, berjuang untuk
mendapatkan kebahagiaan, dan mengumpulkan amal baik sebanyak
mungkin.
74