Page 84 - Fix e modul-22
P. 84
B. Pertemuan dengan Sunan Bonang dan Perjalanan Menuntut ilmu
Setelah dihusir dari Tuban, Sunan Kalijaga terus berjalan hingga
sampai di hutan Jatiwangi, Jawa Tengah. Di hutan inilah dia bertemu
dengan seorang lelaki tua yang memiliki tongkat emas. Siapa sangka,
pertemuannya dengan lelaki tua tersebut justru mengubah pandangan
hidup yang selama ini dia yakini. Lelaki tua bertongkat emas yang beliau
temui ternyata adalah Sunan Bonang. Dari Sunan Bonang, dia belajar
bahwa kebenaran yang hakiki adalah kebenaran yang dijalankan dengan
benar dan membawa kebaikan. Sunan Kalijaga pun menyadari bahwa yang
dilakukannya adalah perbuatan keliru. Setelah melihat kedalaman ilmu
agama dan kearifan Sunan Bonang, muncul keinginan Sunan Kalijaga untuk
berguru padanya.
Sebagai seorang murid, Sunan Kalijaga sangat patuh pada gurunya.
Bahkan pada saat Sunan Bonang memintanya untuk menunggu di tepi
sungai, Sunan Kalijaga tidak pernah beranjak sedikitpun dari tempatnya
hingga Sunan Bonang datang kembali. Oleh sebab itu beliau dijuluki
sebagai “Kalijaga”. Setelah itu, Sunan Bonang mulai mengajarkan ilmu-ilmu
agama dan spiritual padanya. Selain itu, dia juga tidak cepat merasa puas
dan masih ingin mencari ilmu agama di tempat lain. Sunan Bonang kemudian
memperkenalkannya kepada Sunan Ampel dan Sunan Giri. Saat itu, Raden
Syahid tak menyia-nyiakan kesempatan sama sekali, dia menyatakan ingin
berguru kepada mereka berdua.
Setelah itu, Raden Syahid berguru hingga ke Pasai, Aceh sambil
menyebarkan ajaran Islam di Semenanjung Malaya dan wilayah Patani
di Thailand Selatan. Di wilayah tersebut, Raden Syahid tidak hanya
terkenal sebagai pendakwah Islam, tapi juga sebagai tabib hebat yang
bisa menyembuhkan penyakit kulit yang diderita oleh Raja Patani.
Berkat popularitasnya itu, Raden Syahid mendapat julukan “Syekh
Sa’id” atau “Syekh Malaya”. Selesai berguru di Pasai, Raden Syahid
kembali ke Jawa. Di Jawa, para wali menganggapnya sudah pantas
menjadi bagian dari Wali Sanga atau Wali Sembilan.
73