Page 421 - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Compile 18 Januari 2019
P. 421
Wiranto
Arismunandar
(Sumber: Arsip Biro
Umum, Sekretariat
Jenderal, Kementerian
Pendidikan dan
Kebudayaan)
meredam gelombang aksi mahasiswa yang menuntut Presiden Soeharto mundur. Hal itu didasarkan
pada rangkaian kebijakan yang dikeluarkan Wiranto semasa menjabat Rektor ITB tahun 1989-1996
sebagai orang yang keras terhadap mahasiswa: tegas dan tak segan memberi skorsing bagi mahasiswa
yang membandel.
Acara serah terima jabatan dari Wardiman ke Wiranto berlangsung pada Rabu tanggal 18 Maret 1998.
Dalam pidato sambutannya dengan suara tegas Wiranto menyampaikan beberapa kebijakan penting yang
akan ditempuhnya. Pertama, pentingnya menyukseskan program wajib belajar sembilan tahun. Kedua,
upaya memajukan dunia riset dengan pengalokasian anggaran yang wajar. Ketiga, meneruskan program
menteri sebelumnya, yakni program link and match. Program ini merupakan agenda untuk mengenalkan
secara lebih dalam dunia pendidikan dan dunia kerja, yang dimaksudkan agar selepas menyelesaikan
pendidikan seorang mahasiswa dapat beradaptasi secara baik dengan dunia lapangan pekerjaan. 12
Selama lebih kurang 60 hari menjabat menteri, program dan gagasan Wiranto kurang berjalan optimal.
Hal ini dapat dimengerti sebab pada bulan Maret-Mei 1998 merupakan masa yang sangat genting
dalam dunia politik-ekonomi Indonesia. Di satu sisi Indonesia sedang dihadapkan pada krisis ekonomi
yang luar biasa pengaruhnya terhadap segala sektor kehidupan, termasuk dunia pendidikan; sedang
di sisi lain gelombang demonstrasi mahasiswa menuntut pergantian kekuasaan semakin keras dan
menemukan titik puncak pada pertengahan bulan Mei 1998.
Dalam kurun waktu itu pula Wiranto disibukkan untuk berkomunikasi dengan jajaran rektor dan
pemimpin universitas di seluruh Indonesia. Boleh jadi hal tersebut merupakan perintah Presiden
Soeharto dalam rangka meredam demonstrasi mahasiswa yang marak di seluruh daerah. Alhasil sejarah
mencatat tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri sebagai presiden. Keadaan
semakin tidak menentu. Krisis tetap berlanjut, sementara pucuk pimpinan nasional diserahkan kepada
Wakil Presiden B.J. Habibie. Dengan demikian karier, gagasan, pemikiran, dan cita-cita Wiranto untuk
memajukan dunia pendidikan pun ikut tenggelam bersama riuh rendah Reformasi 1998.
12 Majalah D&R, 28 Maret 1998.
408 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA 1945-2018 409

