Page 211 - Artikel Prosiding SEMNAS PGSD UMC 2022
P. 211
kelompok orang. Karena nilai dianggap memberi manfaat dan dianggap baik, maka menjadikan
nilai tersebut dihargai, dihayati dan diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hal ini, pendidikan sebagai salah satu bidang kehidupan manusia, memiliki peran
penting dalam menciptakan generasi manusia yang cerdas, bijaksana, dan berkarakter. Hal ini
sejalan dengan pengertian pendidikan sesuai Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat
1, yaitu pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan karakter
sejalan dengan pemikiran untuk menciptakan pendidikan akhlak.
Hal ini mengingat siswa sekolah Dasar ada pada tahap perkembangan sosial yang suka
meniru (imitasi) dari tokoh idola. Selain itu. Gunarsa (2004) menyebutkan bahwa perkembangan
anak usia sekolah dasar (6-12 tahun) memerlukan pujian dan perhatian ketika siswa tersebut
mampu memunculkan kebiasaan- kebiasaan baik dan keterampilan baru. Sehingga penting bagi
guru untuk selalu menanamkan pendidikan karakter, baik melalui kegiatan belajar di kelas dan di
luar kelas (outdoor).
Nilai yang dihargai dan dijunjung tinggi oleh masyarakat akan mewarnai kehidupan
masyarakat. Tentu saja hal ini menjadikan nilai bukan hanya sekedar keyakinan, namun
merupakan urat nadi dalam menjalani kehidupan. Nilai yang diyakini dan menjadi petunjuk bagi
setiap orang selalu berkaitan dengan hal-hal yang positif. Esteban (1990) menganggap nilai sangat
dekat dengan moral. Menurutnya nilai selalu berhubungan dengan kebaikan, kebajikan dan
keluhuran budi yang akan selalu dikejar oleh seseorang agar ia menjadi manusia yang sebenarnya,
yakni manusia yang mampu memberi kebaikan kepada orang lain. Nilai setiap masyarakat
berbeda, setiap masyarakat memiliki kearifan lokal yang berbeda. Kearifan lokal dibangun dan
ditumbuhkan dari pandangan hidup dan nilai yang menjadi pedoman masyarakat. Kearifan lokal
oleh Akhmar dan Syarifudin (2007) diartikan sebagai tata nilai atau perilaku hidup masyarakat
lokal dalam berinteraksi dengan lingkungan tempat hidupnya.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif, bertujuan untuk mendeskripsikan
bagaimana transformasi nilai-nilai lokal dalam pendidikan karakter di sekolah dasar. Penelitian ini
menggambarkan, mengungkap, dan menjelaskan pengembangan pendidikan karakter yang
berbasis nilai-nilai kearifan lokal. Sampel dari penelitian ini adalah anak usia sekolah dasar.
Penelitian studi literatur , yakni dengan mencari teori – teori yang relevan dengan topik dan kajian
yang akan dikembangkan.
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah observasi non partisipan, dan teknik
dokumentasi. Teknik observasi non partisipan dimaksud untuk memperoleh data secara langsung
dan cermat terhadap segala aktivitas yang dilakukan. Analisis data menunjuk pada kegiatan
penguatan pendidikan karakter berbasis nilai-nilai kearifan lokal dalam susunan-susunan tertentu
dalam rangka penginterpretasian data. Subjek penelitian sebagai informan dalam penelitian ini
terdiri dari orang tua, keluarga, anak, masyarakat serta lingkungan Pendidikan.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pendidikan Karakter
Karakter menurut Kamus Bahasa Indonesia (2008) merupakan sifat – sifat kejiwaan,
akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Sumani (2014)
menyatakan bahwa karakter dapat dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas pada
setiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa
202