Page 158 - E- MODUL BIOLOGI BERBASIS SOCIO SCIENTIFIK ISSUE KELAS XI
P. 158
atau 98 hari, sementara PP No. 61 tahun 2014 tentang kesehatan reproduksi
menetapkan batas maksimum hingga 40 hari kehamilan.
Pendapat Anti-Aborsi
Demi mendapatkan spektrum pendapat dari kelompok anti-aborsi, saya
menemui Euis Sunarti, guru besar ketahanan keluarga di Institut Pertanian Bogor.
Ketua Penggiat Keluarga Indonesia ini lantang meminta ada pembatasan seksualitas
dalam aturan legal di Indonesia. Sunarti termasuk yang mengajukan uji yudisial ke
Mahkamah Konstitusi demi perluasan makna zina dan pidana LGBTIQ dalam KUHP
pada 2017. Ia juga menolak RUU Penghapusan Kekerasan Seksual karena dianggap
pro-zina. Draf regulasi itu, pendapatnya, melegalkan hubungan seksual secara sadar
dan tanpa paksaan meskipun terjadi di luar pernikahan sah.
Sunarti bersedia diwawancara asalkan pernyataannya dikutip secara
"komprehensif", yang dalam obrolan satu jam dengannya, ia berkali-kali menekankan
perlu "penguatan keluarga" guna membatasi aktivitas seksual yang dianggapnya
"menyimpang". Keyakinannya tak bisa ditawar dalam kasus aborsi. Secara umum,
pendapatnya, aborsi dilarang kecuali oleh kelompok yang dikhususkan dalam
undang-undang, yakni aborsi dengan indikasi kedaruratan medis dan korban
perkosaan. Itu pun harus betul-betul melalui penilaian ketat, tambahnya.
“Jangan sampai malah membuka celah,” katanya, khawatir bakal ada perempuan
hamil dari "hubungan suka sama suka tapi mengaku diperkosa”. “Korban perkosaan
juga harus benar-benar trauma berat. Artinya, keluarga dan lingkungan sudah tidak
bisa menenangkan,” lanjutnya. Kedua klaim itu harus dikuatkan oleh keterangan dari
para ahli, tambahnya. Bagi Sunarti, perzinahan, aborsi ilegal, dan isu seksualitas lain-
-yang disebutnya perkara "ruwet" berpangkal pada "kegagalan negara membentuk
keluarga sebagai sistem." Kebanyakan produk hukum yang dibikin negara terlalu
fokus pada sanksi hasil kejahatan tapi seolah lupa pada usaha preventif, menurut
Sunarti. RUU PKS, misalnya, memuat pidana pemaksaan aborsi tapi tak ada pidana
terhadap pelaku zina, ujar Sunarti. Ia bertaklid, aborsi lebih banyak dilakukan oleh
perempuan tanpa ikatan pernikahan. “Harusnya satu paket, pencegahan dan hasil.
Yang zina dicegah. Yang sudah berkeluarga gunakan KB. Jangan ada pengabaian hak
Sistem Repoduksi | 146