Page 31 - E-book kelas 6
P. 31

“Mengapakah Aku membiarkan hal-hal itu tidak dinyatakan? Karena tidak
                  bermanfaat,  bukan bagian dari dasar-dasar kehidupan suci, tidak menuntun menuju
                  kekecewaan, menuju kebosanan, menuju lenyapnya, menuju kedamaian, menuju
                  pengetahuan langsung, menuju pencerahan, menuju Nibbāna. Itulah sebabnya
                  mengapa Aku membiarkannya tidak dinyatakan”.

                      “Dan apakah yang telah Kunyatakan? ‘Ini adalah penderitaan, telah Aku nyatakan.
                  Ini adalah asal-mula penderitaan, telah Aku nyatakan. Ini adalah lenyapnya penderitaan,
                  telah Aku nyatakan. Ini adalah jalan menuju lenyapnya penderitaan, telah Aku nyatakan.
                      “Mengapakah Aku menyatakannya? Karena bermanfaat, menjadi bagian dari dasar-
                  dasar kehidupan suci, menuntun menuju kekecewaan, menuju kebosanan, menuju
                  lenyapnya, menuju kedamaian, menuju pengetahuan langsung, menuju pencerahan,
                  menuju Nibbāna. Itulah sebabnya mengapa Aku menyatakannya.  “Oleh karena itu,
                  Mālunkyāputta, ingatlah apa yang Kubiarkan tidak dinyatakan sebagai tidak dinyatakan,
                  dan ingatlah apa yang telah dinyatakan oleh-Ku sebagai dinyatakan.” Itu adalah apa yang
                  dikatakan oleh Sang Bhagavā. Yang Mulia Mālunkyāputta merasa puas dan gembira
                  mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

                  (Sumber: Majjhima Nikaya I : 63, dengan berbagai perubahan dan penyesuaian)

                  B. Memaknai Kisah Orang yang Terkena Panah Beracun



                      Cerita Perumpamaan orang yang terluka terkena panah beracun, diambil dari Kitab
                  Suci Tipitaka” Majhima Nikaya I : 63, dari Culamalunkya Sutta, 63. Dijelaskan dalam cerita
                  tentang apa yang seharusnya orang lakukan, hal-hal yang lebih penting, dan tidak
                  mengembangkan pada pikiran-pikiran yang tidak perlu.

                      Cerita perumpamaan tersebut untuk mengingatkan kembali Bhikkhu Mālunkyāputta
                  yang pada saat itu, merasa terbebani pikirannya, sehingga konsentrasinya terganggu.
                  Sesungguhnya apa yang dipikirkan oleh Bhikkhu Mālunkyāputta tidak perlu terjadi.
                  Karena pikiran demikian tidak bermanfaat.

                      Dalam cerita Perumpamaan Orang  Terkena              Cakrawala
                  Panah Beracun  ini yang lebih diutamakan adalah
                  bahwa kehidupan penuh dengan penderitaan. Di             Bila seseorang mengetahui
                                                                           pelajaran Dharma, tapi
                  dalam  kehidupan  terdapat  kelahiran,  tumbuh  dan      tidak bertindak sesuai
                  berkembang, lalu menjadi tua, sakit, dan mati. Dalam     Dharma, ia tidak akan
                  ajarannya, Buddha lebih mengutamakan tentang             mendapatkan hasil apa pun.
                  bagaimana mengatasi hal tersebut. Ingat tujuan           (Dhammapada:19)
                  akhir umat Buddha adalah Nibbana.

                      Jadi, akan sangat baik jika kita sebagai siswa Buddha, mengutamakan yang lebih
                  penting dan bermanfaat terlebih dahulu, dan bukan memikirkan segala sesuatu yang
                  tidak perlu. Misalnya, yang seharusnya kita lakukan di sekolah adalah belajar dengan
                  tekun dan giat, dan tidak berpikir tentang masa liburan yang belum terjadi.












                    Agama Buddha dan Budi Pekerti                                                      25
   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36