Page 295 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 295

bersama  Jenderal  Soeharto.  TAP  XXVI/MPRS/1966,  tentang
                          Ajaran-ajaran Pemimpin Besar Revolusi. MPRS  menghendaki
                          Ajaran-ajaran Bung Karno diteliti. Untuk itu dibentuk Panitia
                          Peneliti yang dipimpin oleh Osa Maliki, Ketua Umum PNI dan
                          Wakil  Ketua  MPRS.  Jenderal  T.B.  Simatupang  menyarankan
                          Ajaran  Bung  Karno  yang  berjumlah  244,  tidak  mungkin
                          diteliti.  Simatupang  berpendapat  apapun  yang  ditulis  oleh
                          Soekarno  hendaklah  dianggap  sebagai  aset  bangsa.
                          Masyarakat  akan  menilai  sendiri,  apakah  ajaran  itu  relevan
                          bagi jamannya atau tidak.

                                Pada    22   Juni   Presiden   Soekarno    berpidato
                          Pertanggungan  jawabnya  sebagai  Presiden  di  siding  umum
                          MPRS  menjelaskan  tentang  gelar-gelar  yang  dianugerahkan
                          oleh  MPRS  pada  1963.Gelar  itu  adalah  Pemimpin  Besar
                          Revolusi  Indonesia,  yang  bagi  Soekarno  adalah  suatu
                          pertanggungan  jawab  yang  berat  sekali.Mengenai  gelar
                          mandataris  adalah  sesuai  dengan  Undang-Undang  Dasar
                          1945,  siding  penetapan  sebagai  Presiden  seumur  hidup
                          MPRS,  memberikan  penjelasan  “alangkah  baiknya  djikalau
                          MPR  nanti  hasil  pemilihan  umum  masih  meninjau
                          kembali.Pidato diberi judul Nawaksara.

                                Sidang  MPRS  IV  berakhir  pada  tanggal  1  Juli  1966,
                          belum mampu menyelesaikan masalah krisis karena TAP-TAP
                          yang  dihasilkan  masih  mengundang  kontroversi.  Sekalipun
                          tidak  sepenuhnya  berhasil  mengatasi  krisis,  sidang  MPRS  IV
                          telah  melapangkan  jalan  dan  memberi  peluang  kepada
                          Jenderal  Soeharto  untuk  menjadi  penguasa  baru.  Secara
                          konstitusional  Jenderal  Soeharto  mendapat  dukungan  dari
                          MPRS.  Terutama  sekali  TAP  MPRS  No.  XXIV  yang
                          mengukuhkan  sistem  pertahanan  keamanan  dengan  sistem
                          senjata  fisik/teknologi  dan  sistem  senjata  sosial.  Sistem
                          senjata adalah perpaduan antara semua unsur kekuatan non
                          militer  strategis  untuk  menaklukan  lawan  tanpa  kekerasan.
                          Sistem senjata sosial itu dibreakdown dalam bentuk operasi-
                          operasi  strategis  dan  taktis  melalui  perencanaan  operasi-
                          operasi  sosial  politik  yang  cermat  dan  sistematis  dengan
                          sasaran kekuatan politik lawan. Sistem senjata ini





                                                                                 283
   290   291   292   293   294   295   296   297   298   299   300