Page 357 - PENGAYAAN MATERI SEJARAH
P. 357

Isi  Supersemar  dengan  tajuk  “Presiden  memerintahkan  Letdjen
                Soeharto  bertindak  menjelamatkan  Revolusi”  (Kompas  1966)  seperti
                dapat dilihat pada gambar berikut:


                5.2.  Dualisme Kepemimpinan

                      Kabinet  yang  dibentuk  oleh  Soeharto  tanggal  27  Maret  1966
                dilantik  pada  tanggal  30  Maret  1966,  walau  Presiden  Soekarno  tidak
                setuju.  Ketidaksetujuan  muncul  karena  orang-orang  yang  dianggap
                dekat  dengan  Presiden  diganti  dengan  wajah  baru.  Namun  pada  saat
                itu  Soeharto  tetap  mengambil  tindakan  yang  dianggap  perlu  guna
                menjamin keamanan dan ketenangan serta kestabilan jalannya revolusi
                (Poesponegoro  dan  Notosusanto  1984,  416).  Salah  satu    tindakan
                untuk memenuhi dan melaksankan tritura, dibentuklah Kabinet Ampera
                sesuai  dengan  Ketetapan  MPRS  No.  XIII/MPRS/1966  dengan  tugas
                pokok  memperbaiki  kehidupan  rakyat  serta  melaksanakan  pemilihan
                umum.
                      Sebelumnya,  MPRS  yang  diketuai  oleh  Jenderal  TNI  A.H.  Nasution
                mengadakan  Sidang  Umum  ke  IV  pada  tanggal  22  Juni  1966,  untuk
                mendengarkan  laporan    pertanggungjawaban    Presiden    yang    disebut
                Pidato  Nawaksara  yang  berarti  sembilan  pokok  masalah.  Dari  sembilan
                pokok  masalah  yang  disebutkan  masalah    G30    S    tidak    disebutkan
                sehingga  MPRS  meminta  Presiden  untuk  melengkapi  pidato  tersebut.
                Catatan  Sementara  tersebut  berisikan,  antara  lain:  (a)  bahwa  Presiden
                masih  meragukan  keharusannya  untuk    memberikan    pertanggungan-
                jawab  kepada  MPRS  sebagaimana  ditentukan  oleh  Keputusan  MPRS
                No.5/MPRS/1966.  (b)  Perlengkapan  Nawaksara  ini  bisa  mengesankan
                seolah-olah  dibuat  dengan    konsultasi    Presidium    Kabinet    Ampera    dan
                para     Panglima      Angkatan     Bersenjata"     (Tempo      1997,
                http://tempo.co.id/ang/min/02/05/utama7.htm).

                      Permintaan  tersebut  dilengkapi  dan  disampaikan  kepada  MPRS
                oleh  Presiden  Soekarno  pada  tanggal  10  Januari  1967  dengan  nama
                Pelengkap  Nawaksara  (disingkat:  Pel  Nawaksara).  Namun  isi  Pel
                Nawaksara tersebut tidak membuat konflik mereda, bahkan sebaliknya
                cenderung mengarah kepada konflik nasional yang baru sehingga pada
                tanggal  9  Februari  1997  DPR-GR  mengajukan  resolusi  dan
                memorandum kepada MPRS agar mengadakan sidang  istimewa.



                                                                                 345
   352   353   354   355   356   357   358   359   360   361   362