Page 132 - SEJARAH WAJIB KELAS X_Neat
P. 132

Kekuasaan Dinasti Isyana


                       Pertentangan di antara keluarga Mataram, tampaknya terus
                 berlangsung hingga masa pemerintahan Mpu Sindok pada tahun
                 929 M. Pertikaian yang tidak pernah berhenti menyebabkan Mpu
                 Sindok memindahkan ibu kota kerajaan dari Medang ke Daha (Jawa
                 Timur) dan mendirikan dinasti baru yaitu Dinasti Isyanawangsa.
                 Di samping pertentangan keluarga, pemindahan pusat kerajaan
                 juga dikarenakan kerajaan mengalami kehancuran akibat letusan
                 Gunung Merapi. Berdasarkan prasasti, pusat pemerintahan Keluarga
                 Isyana terletak di Tamwlang. Letak Tamwlang diperkirakan dekat
                 Jombang, sebab di Jombang masih ada desa yang namanya mirip,
                 yakni desa Tambelang. Daerah kekuasaannya meliputi Jawa  bagian
                 timur, Jawa bagian tengah, dan Bali.


                       Setelah Mpu Sindok meninggal, ia digantikan oleh anak
                 perempuannya bernama Sri Isyanatunggawijaya. Ia  naik takhta
                 dan kawin dengan Sri Lokapala. Dari perkawinan ini lahirlah putra
                 yang bernama Makutawangsawardana. Makutawangsawardana
                 naik takhta  menggantikan ibunya. Kemudian pemerintahan
                 dilanjutkan oleh Dharmawangsa Tguh yang memeluk agama Hindu
                 aliran Waisya. Pada masa pemerintahannya, Dharmawangsa Tguh
                 memerintahkan untuk menyadur kitab Mahabarata dalam bahasa
                 Jawa Kuno. Setelah Dharmawangsa Tguh turun takhta ia digantikan
                 oleh Raja Airlangga, yang saat itu usianya masih 16 tahun. Hancurnya
                 kerajaan Dharmawangsa menyebabkan Airlangga berkelana ke
                 hutan. Selama di hutan ia hidup bersama pendeta sambil mendalami
                 agama. Airlangga kemudian dinobatkan oleh pendeta agama Hindu
                 dan Buddha sebagai raja. Begitulah kehidupan agama pada masa
                 Mataram Kuno. Meskipun mereka berbeda aliran dan keyakinan,
                 penduduk Mataram Kuno tetap menghargai perbedaan yang ada.












                                                                                  Sejarah Indonesia  123
   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136   137