Page 2 - Gunung Tangkuban Parahu
P. 2

Gunung Tangkuban Parahu


               Gunung Tangkuban Parahu (Aksara Sunda Baku: ᮌᮌᮌᮌᮌ ᮌᮌᮌᮌᮌᮌᮌ ᮌᮌᮌᮌ, Latin: Gunung
               Tangkuban Parahu) adalah salah satu gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.
               Sekitar 20 km ke arah utara Kota Bandung, dengan rimbun pohon pinus dan hamparan kebun teh di
               sekitarnya, Gunung Tangkuban Parahu mempunyai ketinggian setinggi 2.084 meter. Bentuk gunung
               ini adalah Stratovulcano dengan pusat erupsi yang berpindah dari timur ke barat. Jenis batuan yang
               dikeluarkan melalui letusan kebanyakan adalah lava dan sulfur, mineral yang dikeluarkan
               adalah sulfur belerang, mineral yang dikeluarkan saat gunung tidak aktif adalah uap belerang.
               Daerah Gunung Tangkuban Parahu dikelola oleh Perum Perhutanan. Suhu rata-rata hariannya
               adalah 17 C pada siang hari dan 2 °C pada malam hari.
                         o
               Gunung Tangkuban Parahu mempunyai kawasan hutan Dipterokarp Bukit, hutan Dipterokarp
               Atas, hutan Montane, dan Hutan Ericaceous atau hutan gunung.

               Sejarah Pembentukan dan Letusan

               Gunung Tangkuban Parahu terbentuk sekitar 90.000 tahun lalu di Kaldera Sunda. Gunung ini,
               menurut T. Bachtiar dan Dewi Syafriani dalam buku Bandung Purba, lebih muda dari Gunung
               Burangrang. Gunung Burangrang yang terletak di sisi barat Gunung Tangkuban Parahu terbentuk
               sekitar 210.000 hingga 105.000 tahun lalu. Menurut T. Bachtiar, Gunung Tangkuban Parahu
               lahirnya setelah terbentuknya Sesar Lembang. Ketika Gunung Tangkuban Parahu meletus,
               sebagian material alirannya yang mengalir ke selatan tertahan di kaki patahan.
               Sepanjang sejarahnya, aktivitas yang terjadi di gunung Tangkuban Parahu telah membentuk 13
               kawah. Tiga kawah diantaranya populer dijadikan destinasi wisata, yakni Kawah Ratu, Kawah Upas,
               dan Kawah Domas. Sementara perincian 13 kawah lengkapnya sebagai berikut: Kawah Upas terdiri
               dari Kawah Upas (termuda), Kawah Upas (muda), dan Kawah Upas (tua). Kawah Ratu juga terdiri
               dari Kawah Ratu (1920), Kawah Ratu (muda), dan Kawah Ratu (tua). Kemudian ada kawah
               baru, Kawah Pangguyanganbadak, Kawah Badak, Kawah Ecoma, Kawah Jurig, Kawah Siluman,
               dan Kawah Domas
               Gunung Tangkuban Parahu sempat meletus beberapa kali. Orang yang sempat mencatat letusan
               pertamanya adalah botanis sekaligus geologis bernama Franz Wilhelm Junghuhn. Berdasarkan
               catatan yang dibuat Junghuhn tahun 1853, catatan pertama tentang letusan Gunung Tangkuban
               Parahu adalah tahun 1829. Tak ada data tentang letusan sebelumnya. Setelah itu letusan
               beristirahat selama 17 tahun, letusan berikutnya terjadi pada tahun 1846. Setelah itu gunung
               tercatat aktif berturut-turut tahun 1867 dan 1887. Letusan besar berikutnya terjadi tahun 1896
               setelah gunung mengalami masa istirahat 50 tahun. Aktivitas atau letusan kemudian terjadi tahun
               1910, 1929, 1935, 1946, 1947, 1950, 1952, 1957, 1961, 1965, 1967, 1969, 1971, 1983, 1992, 1994,
               2004 dan 2019. Menurut T. Bachtiar, masa istirahat antar letusan Gunung Tangkuban Parahu
               berlangsung antara 30 - 70 tahun.
               Pada tahun 2005, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Daerah sudah membuat peta
               Kawasan Rawan Bencana Gunung Tangkuban Parahu. Daerah-daerah yang rawan bencana dibagi
               dalam tiga kategori. Masing-masing Kawasan Rawan Bencana I, II, dan III. Ada yang berada dalam
               radius 1 km, 5 km dari letusan, dan yang berpotensi terkena terjangan lahar dan hujan abu atau
               lontaran batu pijar. Dalam buku Bandung Purba disebutkan, lembah yang berpotensi dilanda lahar
               meliputi Ciasem, Cimuji, Cikole, Cibogo, Cikapundung, Cihideung, Cibeureum dan Cimahi.

               Legenda rakyat setempat

               Asal usul Gunung Tangkuban Parahu dikaitkan dengan legenda Sangkuriang, yang dikisahkan jatuh
               cinta kepada ibunya, Dayang Sumbi/Rarasati. Untuk menggagalkan niat anaknya menikahinya,
   1   2   3   4   5