Page 9 - Suara Merdeka
P. 9

MINGGU,  4  DESEMBER  2022





                                      Rembugan







                                                                                pihak yang sedang berseteru. Mereka          Yungiji Yungibeh
                              Oleh Agus Triyono                                 kompak membuat forum di dalam forum

                                                                                yang semakin memperuncing konflik
                                                                                yang ada, bukan meredammnya.                 EKUASAANdi Jawa, paling tidak pada masa Amangkurat I (1645-
            Ana rembug dirembug, ana perkara ditata, begitu salah satu pepa-    Legowo                                       1677) diberikan kepada orang-orang kepercayaan. Mengutip B
                                                                                   Memang tidak mudah mengelola KSchrieke, Denys Lombard dalam Nusa Jawa; Silang Budaya 1
             tah yg tumbuh dalam masyarakat Jawa. Hal ini memberikan har-                                                Batas-Batas Pembaratan, hal semacam itu disebut sebagai ministerialis.
                                                                                musyawarah, namun demikian jangan
                                                                                sampai hal ini menjadi pembenaran untuk  Lombard menyatakan, Sunan tak segan-segan membunuh begitu ada
              moni ketika kita dihadapkan pada situasi yg memerlukan suara
                                                                                menghentikan budaya musyawarah seba-     yang tampak aneh-aneh. Adapun di daerah-daerah yang dikuasai oleh
              bersama tanpa ada perpecahan.  Rapat-rapat,  pemilihan ketua      gai sarana pengambilan keputusan. Dalam  Sunan, kekuasaan diberikan kepada orang-orang kepercayaan. Orang-
                                                                                sejarah menunjukan bahwa nilai luhur     orang kepercayaan itu bisa keluarga sendiri. Bisa juga orang lain. Akan
            organisasi memerlukan musyawarah yang antara lain memerlukan        budaya ini mampu menjadi jalan tengah    tetapi pada masa pemerintahan para Mangkubumi, dalam bahasa
                                                                                dalam penyelesaian setiap permasalahan   Lombard, setelah Perjanjian Giyanti (1775), sang raja lebih suka mengirim
                                    pepatah tersebut.                           yang terjadi. Tengoklah bagaimana        atau menggunakan ‘’orang-orangnya sendiri’’ dan bukan mempercayakan
                                                                                Pancasila, UUD 1945, semboyan Bhineka    kepada pewaris yang sah.
                                                                                Tunggal Ika ditetapkan. Musyawarah         Meskipun demikian, orang-orang Jawa tetap saja tidak hidup dengan
                 elum lama ini di Kota Solo ada  tas semata. Jika sudah demikian, maka
                                                                                demi musyawarah dijalankan untuk men-    ke-blakasuta-an atau keterus-terangan. Akan banyak pasemon, yang
                 Muktamar Muhammadiyah yang   akan ada pihak yang merasa dirugikan,  capai sebuah mufakat.               dalam ungkapan penyair Sapardi Djoko Damono disebut sebagai ‘’bilang
           Bberjalan mulus dalam pemilihan    disisi lain ada yang merasa jumawa atas
                                                                                   Hal  ini  menjadi  penting, karena    begini maksudnya begitu’’, yang muncul dalam kehidupan sehari-hari.
           ketua organisasi tersebut.  Sementara pada  kemenangannya. Jika sudah demikian,  hakekat utama musyawarah adalah adu  Ketika memilih seseorang untuk diberi kekuasaan, salah satu
           bagian lain, di media tersiar juga kabar ada  maka bibit konflik sudah mulai tumbuh.
                                                                                gagasan, bukan adu jotosan. Ia adalah adu  Mangkubumi, Hamengkubuwana II, misalnya, bisa saja di hadapan rakyat
           organisasi lain yg sampai  adu jotos saat  Musyawarah sebagai sarana untuk  pikiran, bukan adu tendangan. Maka tak  bilang, ‘’Aku akan minta orang berambut putih dengan dahi berkerut untuk
           memilih ketuanya. Bukan memban-    mengambil keputusan yang sarat dengan
                                                                                elok rasanya, musyawarah yang begitu     memimpin Kawasan Kluwung.’’
           dingnkan tetapi setidaknya kita bisa meng-  nilai luhur harusnya menjadi suluh bagi  mulia, diisi dengan aktivitas fisik yang  Kali lain, bisa saja putra Hamengkubuwana I itu di hadapan rakyat yang
           ingat kembali filosofi tersebut.   siapa saja yang hadir di dalamnya. Hal ini
                                                                                jauh nilai luhur budaya.                 lebih banyak berteriak, ‘’Aku akan minta orang yang ke mana-mana
             Konsep musyawarah sangat melekat  tidak peduli dengan berapa waktu yang  Alih-alih menunjukan kekuatan, adu  senantiasa berkuda dan mahir bertempur untuk memimpin Kawasan
           dalam masyarakat kita. Terlebih, Sila ke-4  dibutuhkan, ataupun seberapa besar energi
                                                                                fisik justru semakin menunjukan betapa   Kluwung.’’ Tak lama kemudian sang raja atau kepala pemerintahan berka-
           Pancasila juga menekankan pada musya-  yang diperlukan.              rendahnya derajat kita. Apapun yang      ta, ‘’Hanya orang yang pernah memimpin daerah yang menjadi bagian
           warah sebagai sarana untuk mengambil  Komitmen untuk menghasilkan putus-
                                                                                dihasilkan oleh musyawarah, maka semua   Kawasan Kluwung-lah yang akan kutunjuk menjadi pemimpin.’’
           keputusan. Secara sederhana, musyawa-  an yang mampu diterima oleh semua  pihak yang terlibat harus legowo meneri-  Orang-orang masa kini menyebut tindakan pangeran yang semacam
           rah dapat didefinisikan sebagai aktivitas  pihak, apalagi untuk jangka waktu yang
                                                                                ma dan menjalankan hasilnya.             itu sebagai esuk dhele sore tempe. Dalam ungkapan yang lebih keras
           berunding melalui tukar pendapat dari ber-  panjang, nampaknya lebih penting untuk  Teringat nasehat salah seorang kawan  disebut sebagai mencla-mencle. Raja seharusnya tidak boleh semacam
           bagai pihak tentang sebuah masalah lalu  dipertimbangkan.
                                                                                bahwa adab kita setelah musyawarah ditu-  itu. Raja harus patuh kepada falsafah sabda pandhita ratu tan kena wola-
           diambil keputusan yang terbaik demi  Maka dari itu, spirit musyawarah baik  tup tidak ada diskusi lagi membahas hasil  wali”. Artinya seorang raja atau seorang pemimpin tidak boleh berganti
           kebaikan bersama. Artinya, jika musya-  dalam level kelompok, maupun organisa-
                                                                                musyawarah yg sudah ditetapkan. Se-      ucapan atau keputusan.
           warah benar-benar dilakukan, maka tidak  si, harus kembali menjadi komitmen  lanjutnya adalah beraksi membawa hasil  Tunggu dulu. Di Jawa ada yang disebut dengan wang sinawang.
           ada pihak yang merasa dimenangkan  dalam pengambilan setiap keputusan.
                                                                                musyawarah ke ranah pelaksanaan.(21).    Dalam bahasa kekinian, wang sinawangitu disebut sebagai perspektif.
           ataupun dirugikan. Karena, pada prinsip-  Banyaknya permasalahan yang berlarut-                               Sebuah tindakan yang tampaknya sangat benar, bisa saja menjadi sangat
           nya apa yang dihasilkan tersebut untuk  larut di tengah-tengah masyarakat kita,
                                                                                   — Agus   Triyono,  Dosen Ilmu         salah jika dilihat dari sudut pandang lain. Sebaliknya sebuah tindakan yang
           kepentingan semua yang terlibat.   bisa jadi tradisi musyawarah sudah mulai
                                                                                Komunikasi Universitas Muhammadiyah      tampak salah, bisa sangat benar jika dilihat dari perspektif lain.
             Namun demikian, dalam banyak kasus,  hilang. Ia tergantikan dengan ngrasani
                                                                                                 Surakarta (UMS).          Banyak yang menganggap Amangkurat I sangat kejam ketika pada
           konsep musyawarah ini seringkali hanya  bersama oleh masing-masing                                            suatu siang membantai sekitar 5.000-6.000 ulama dan anggota keluarga
           menjadi for-
                                                                                                                         dalam waktu kurang dari tiga puluh menit. Bagi Amangkurat I itu merupa-
           mali-
                                                                                                                         kan tindakan yang harus dilakukan karena para ulama bersekongkol
                                                                                                                         dengan Raden Mas Alit untuk melengserkannya. Bagi Amangkurat I tidak
                                                                                                                         ada ampun bagi pemberontak.
                                                                                                                           Karena itulah, mari kita lihat sesuatu yang oleh khalayak ramai diang-
                                                                                                                         gap mencla-mencle, dari perspektif sang raja. Bukan tidak mungkin ketika
                                                                                                                         mengatakan penguasa yang dipilih bisa berambut putih dengan dahi
                                                                                                                         berkerut, bisa yang suka naik kuda, atau yang pernah memimpin kawasan
                                                                                                                         yang lebih kecil, sesungguhnya dia sedang melakukan politik yungiji yung-
                                                                                                                         ibeh.
                                                                                                                           Yungiji yungibehadalah akronim mayungi siji mayungi kabeh. Dengan
                                                                                                                         berbuat semacam itu, sesungguhnya pangeran sedang mayungi orang-
                                                                                                                         orangnya sendiri. Baik Si Rambut Putih dengan dahi berkerut, Si
                                                                                                                         Penunggang Kuda yang gagah, dan Si Petugas Pengelola Wilayah adalah
                                                                                                                         orang-orangnya sendiri. Dengan kata lain mayungi siji mayungi kabeh
                                                                                                                         sebenarnya merupakan politik pelanggengan kekuasaan.
                                                                                                                           Sangat bahaya pangeran atau raja yang tidak mayungibawahan.
                                                                                                                         Bawahan yang kecewa bisa saja menjadi pemberontak. Ranggalawe,
                                                                                                                         misalnya, karena tidak dipayungi oleh Raden Wijaya, dia melakukan pem-
                                                                                                                         berontakan. Ranggalawe memang ditunjuk sebagai Adipati Tuban. Akan
                                                                                                                         tetapi oleh Ranggalawe itu justru dianggap sebagai penyingkiran. Bukan
                                                                                                                         pemuliaan. Ranggalawe merasa tak dianggap sebagai sosok yang kuat
                                                                                                                         ketika Nambi yang dia anggap lemah jadi rakryan patih. Ranggalawe
                                                                                                                         beranggapan Lembu Sora, sang paman, lebih layak jadi rakryan patih.
                                                                                                                           Tak hanya Ranggalawe yang memberontak. Pada akhirnya sikap ora
                                                                                                                         mayungisang raja juga menyebabkan Lembu Sora, Nambi, dan Kuti juga
                                                                                                                         memberontak. Memang harus dipahami raja adil raja disembah, raja lalim
                                                                                                                         raja disanggah. Itu berarti raja yang baik tak boleh emban cindhe emban
                                                                                                                         siladan. Jadi, masuk akal untuk sampai tahapan tak emban cindhe emban
                                                                                                                         siladan, sang raja merangkul semua bawahan.
                                                                                                                           Sangat sulit karena tak semua bawahan adalah anak-anak manis. Tak
                                                                                                                         semua bawahan bisa menjadi binatang lembut hati. Apa pun yang dilaku-
                                                                                                                         kan bawahan tetap saja tan kena kinira. (02)




                                                             Kembang Kematian (8)                                                   anak panah, terpusatlah pikirannya.
                                                                                                                                       Telah lepaslah jalinan ikatan raganya dengan dunia.
                                                                                                                                    Bening jernih pikirannya. Dia beryoga dalam gerakan
                                               harus menitahkannya. Karena sejak lama kami telah  mu. Indumati, putriku, selalu patuhlah pada kakakmu.  tangannya. Dari mulutnya tergumam mantra. Segeralah
                                               berprasetia, sang pangeranlah satu-satunya pengganti  Kau harus menyayangi dia sepenuh hatimu. Begitu muda  raganya terisi daya luar biasa dan rohnya lepas ke udara.
             Oleh Saroni Asikin                Paduka.                                    dirimu bila kutinggalkan, tapi akan kutinggalkan dirimu  Pergi ke tempat perhentian sempurna hingga Jalan Siwa
                                                  ‘’Janganlah Paduka bersusah-susah hingga makin  dalam asuhan orang-orang yang mampu menjagamu. Oh  terbuka.
                                               terlemahkan. Rag Paduka. Kiranya Paduka berkenan  Anak, bagaikan sebutir telur burung kedasih yang diera-  Ketika sang raja mangkat semua berduka. Mereka
          ANGERANBhoja, itulah nama kakaknya.  meminum obat dan reramuan. Perintahkan menghadap  mi burung lainlah dirimu.          juga berduka untuk Indumati, layuh dan pucat, bagaikan
          Berjiwa mulia, jiwa si anak raja. Dan cinta raja  Sri Indumati dan Paduka akan tahu, betapa sebagai anak  ‘’Anakku, ibumu akan pergi mengikuti Sang Raja,  telah mati saja. Sang permaisuri bersegera, mendekat ke
     Pkepadanya ibarat kata suci ‘’om’’. Dia bajik dan  tak berbapa dia akan merana. Dan Sang Pangeran Bhoja  bapakmu. Tetap tenanglah engkau, Anakku. Kau tetap  jasad sang raja, dengan sepenuh kepatuhan dan kesetiaan-
     pemberani jiwanya. Penegak kekukuhan kerajaan dan  masih terlalu taruna untuk duduk di atas singgasana. Kini  harus kukuh di dunia fana ini dan para raja akan bersem-  nya. Akan bersama sang raja di alam kematian, begitulah
     dicintai kawula. Semua orang patuh kepadanya.  wahai Paduka, berjuanglah sekuat daya untuk  bah di hadapanmu. Oh putriku, oh Indumati manis, mari  katanya. Siapa pun yang mendengar ucapannya segera
        Kini sang raja tengah gering, dan makin hari makin  memulihkan diri karena siapa akan melindungi kami bila  bertukar pakaian denganku. Ayo Sayang, kau pakailah  menderaskan air mata.
     layu raganya. Segala ramuan segala obat tak berdaya  Paduka meninggalkan dunia.’’    kainku. Kainmu akan menjadi kenangan bagiku. Aku  ‘’Oh Suaminda, akan hamba ikuti ke mana Paduka
     memulihkannya. Tanda-tanda kematian mulai menam-  Begitulah kata-kata pelipur untuk sang raja. Tapi  akan membaginya dengan sang raja agar kami dalam  pergi karena di sisi Paduka itulah tempat hamba. Entah
     pakkan muka. Maka sang raja memanggil para brahmin,  makin gering dia. Bahkan raganya mulai lumpuh layuh,  keindahan selalu.   Paduka dewa atau manusia, selalu akan melayanilah diri
     pandita Siwa dan Budhha untuk meriung di dekat pem-  makin pasi mukanya. Dia tak lagi mampu menggerakkan  ‘’Oh Yang Suci, diriku yang tak berharga ini, bersem-  hamba. Kedua putra kita, mereka telah remaja. Aku bah-
     baringannya. Dan disaksikan para petinggi istana, dia  tangannya. Matanya makin muram dan tak lagi mampu  bah di duli Anda. Tuan mesti menjaga Indumati, oh Raja  kan tak akan menolehkan muka ke mereka. Inilah keris
     menunjuk sang putra pengganti dirinya.    berbicara. Hanya terbaring saja. Hanya mampu men-  Para Orang Suci, cintailah dia, sebagai cinta seorang ibu  Paduka! Akan hamba songsong raga ini ke ujungnya.
        Semua bersedih hati, hanya mampu bergeming  gangguk dan menggelengkan kepala ketika ditanya.  dan seorang bapa. Dan Bhoja, dia harus diarahkan ke  Tunggulah diri hamba!’’
     memandang muka sang saja. Memandang raganya yang  Sang permaisuri, begitu bersetia dia, siap mengikuti  jalan-jalan yang telah ditempuh ayahnya sang raja. Berkat  Begitulah sang permaisuri berkata-kata. Dia
     layuh dengan sepenuh rasa iba. Lirih mereka berkata dan  jejak suaminya ke alam baka. Tapi dia menimbang-nim-  dari para orang sucikan menguatkan jalannya menuju  menusukkan ujung keris ke dadanya dan berakhirlah
     meminta sang raja untuk tak meninggalkan mereka.  bang kesedihan Sri Indumati bila ditinggal orang tua. Dan  hidup yang jaya.’’  kehidupannya. Air mata yang uruh di tanah Widarbha
     Begitulah, dengan air mata dan isakan mereka berkata-  Pangeran Bhoja yang muda hanya meratap-ratap dalam  Begitulah sang permaisuri berkata-kata. Dan lihatlah  bagaikan cucuran hujan, bagaikan banjir yang datang
     kata.                                     duka. Kedua anak itu telah tahu bagaimana keadaan sang  sang raja yang makin menderita. Nyawanya sudah di  tiba-tiba. Bagaikan talu-talu geluduk bunyi raungan duka
        ‘’Oh Paduka, kami telah menerima titah Paduka dan  bapa. Permaisuri meratap bersama mereka, merengkuh  ubun-ubun, melemahlah alun napas dan detak jan-  para kawula. Bunyinya bagikan dengungan sedih kum-
     akan melaksanakannya. Pangeran Bhoja akan naik  mereka, dan berbaring di antara keduanya.  tungnya. Raja yang telah purna belajar cara orang suci itu  bang-kumbang di antara mekar kembang-kembang
     singgasana setelah Paduka. Tetapi sebenarnya Paduka tak  ‘’Oh Bhoja, putraku, kau harus selalu menjaga adik-  memusatkan pikirannya. Bagaikan mengarahkan ujung  bulan Karttika. (13)
   4   5   6   7   8   9   10   11   12