Page 60 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 60

yaitu jenis jungga atau kora-kora. Jenis perahu itu terbuat dari
            papan  dengan  haluan  dan  buritannya menjulang  ke  atas
            beberapa meter dengan hiasan motif-motif sakral, seperti naga
            dan lain-lain.  Cadik-cadiknya di sebelah kanan dan kiri badan
            perahu juga lebih besar. Malah sering di antara kedua batang
            cadik terdapat  papan yang  digunakan  sebagai  tempat  para
            pengayuh.  Perahu-perahu  ini  menggunakan  layar segi  empat
            (terbuat  dari  daun  pandan yang  dianyam)  yang ditegakkan
            dengan  tiga buah tiang yang menyatu  di  puncaknya  (tripot)
            yang  masing-masing  bisa  digerakkan  menurut  kebutuhan.
            Namun layar  hanya digunakan  dalam keadaan  tertentu saja,
            karena pada umumnya perahu-perahu itu dikayuh. Muatannya
            bisa  mencapai  hingga  100  orang  atau  lebih  (termasuk  para
            pengayuh di  cadik-cadik),  yang terdiri  atas  pasukan tentara,
            pengayuh,  dan  para perwira yang  duduk  dalam sebuah bilik
            yang dibangun di tengah-tengah perahu. (Leirissa 1996).
                Pada  dasarnya  setiap  pemukiman  diwajibkan  memiliki
            sebuah jungga  atau  kora-kora,  dan  penduduknya  secara
            bergiliran dan teratur berkewajiban menjadi  awaknya.  Sudah
            barang tentu  hanya  kedaton yang  berhak  memerintahkan
            pemuatan jungga  atau  menggunakannya.  Pada  saat-saat
            tertentu jungga-jungga itu  dikumpulkan  di  kedaton sehingga
            membentuk sebuah armada kerajaan yang lazimnya dinamakan
            Hongi.  Pimpinan Hongi adalah seorang pejabat kerajaan yang
            dinamakan  Kapitan  Laut,  tetapi  dalam  ekspedisi-ekspedisi
            sering  juga  pejabat  bawahan  kerajaan  yang  menjadi
            pemimpinnya dengan mendapat sebutan Utusan. Hongi adalah
            alat politik yang utama dart kerajaan-kerajaan di Maluku, dan
            Hongi  pula  yang  memungkinkan  terjadinya  ekspansi  ke
            pulau-pulau  yang  letaknya jauh  di  luar  wilayah  kerajaan.
            (Leirissa 1996).
               Batas jangkauan ekspansi  kerajaan-kerajaan Ternate dan
           Tidore  itu,  besar kemungkinan,  ditentukan  oleh  kemampuan
           jelajah  Hongi  kerajaan  tersebut.  Tenaga  para  pengayuh,
           makanan  yang  mereka  butuhkan,  dan  lama  perjalanan,
           semuanya merupakan  pembatas jangkauan Hongi.  Selain  itu
           faktor iklim yang menentukan gerak arus dan arah angin juga


                                           45
   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64   65