Page 83 - SEJARAH KEBUDAYAAAN MALUKU
P. 83
Benteng VOC di Ambon dibangun oleh pihak Portugis pada
tahun 1571 (Jacobs, 1975), dan direbut oleh badan dagang
Belanda itu pada tahun 1605 dan dinamakan Casteel Victoria.
Tetapi ketika itu tempat itu lebih dikenal oleh penduduk
dengan nama Kota Laha (laha = pelabuhan). Kini istilah laha
masih melekat pada sebuah negeri yang berbatasan dengan
Bandar Udara Pattimura.
Sejak tahun 1950 Pemerintah Republik Indonesia mem-
perkenalkan istilah Maluku Tengah, untuk membedakan
kabupaten tersebut dengan kabupaten Maluku Utara (sekarang
dibagi menjadi dua kabupaten, yaitu kabupaten Maluku Utara
yang berpusat di Ternate, dan Halmahera Tengah yang
berpusat di Tidore) dan kabupaten Maluku Tenggara. Istilah
yang digunakan dalam masa penjajahan, yaitu Maluku Selatan
(Zuid Molukken), tidak digunakan dalam masa RI. Pertama-
tama karena istilah itu terkait dengan sebutan RMS, dan kedua
(alasan yang lebih penting) karena wilayah itu telah dibagi pula
menjadi dua kabupaten pula yaitu kabupaten Maluku Tengah
dan kabupaten Maluku Tenggara.
Dengan demikian istilah Maluku Tengah sesungguhnya
mengacu pada suatu sistem geo-politik dalam tatanan Republik
Indonesia. Istilah Ambon mengacu pada sistem (atau sistem-
sistem) budaya yang terdapat di wilayah itu. Sekalipun
demikian, kesatuan wilayah itu tidak saja disebabkan kesatuan
politis tersebut karena, walaupun bersifat multikultural,
terdapat pula faktor-faktor integratif lainnya yang tidak kurang
pen ting.
4.1 Geograli dan Ekonomi
Pulau-pulau utama di Maluku Tengah adalah Ambon, dan
kepulauan Uliase di sebelah timumya yang terdiri atas Haruku,
Saparua dan Nusalaut. Keistimewaan pulau-pulau tersebut
adalah karena ciri-ciri demografi dan ekonominya. Hal ini
berbeda dengan Maluku Utara, dimana pulau-pulau utamanya
(Ternate, Tidore dan Bacan) justru menjadi lebih penting
67