Page 43 - [210126] Laporan Akhir Riset Active Defense (Book View)
P. 43
Urgensi Urgensi
3.1. URGENSI KEBIJAKAN 3.3. URGENSI AKADEMIS
Selain tantangan yang sudah disampaikan di atas, lingkungan kebijakan narkotika Dari dunia penelitian akademis, penelitian ini juga memiliki nilai kemendesakkan (sense
juga memberikan tantangannya sendiri. Sudah dua kali presiden mengeluarkan instruksi of urgency). Pasalnya, sudah banyak komunitas epistemik internasional yang mengeluhkan
untuk menyelenggarakan P4GN ini secara nasional, yaitu melalui Inpres 6/2018 dan soal keterputusan dunia riset, khususnya bidang kesehatan masyarakat, neurosains,
2/2020 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) P4GN. Hanya saja, dari Inpres yang pertama, psikologi, dan sosiologi dalam perumusan kebijakan-kebijakan terkait narkotika. Dari
22
sampai masanya habis, ternyata capaian dari program tersebut hanyalah 45,4% saja. sekian banyak, salah satu yang paling konsisten menyerukan keterputusan ini adalah
21
Bahkan, capaian untuk Pemda hanya di kisaran 25% saja. Untuk Inpres 2/2020, sampai Lancet Commission on Drug Policy yang terdiri dari banyak akademisi dan praktisi di bidang
Sestama melaporkan untuk semester I di 2020, partisipasi di daerah sudah mencapai ilmu kesehatan, medis, dan ilmu manusia. Baru-baru ini, Global Commission on Drug
23
23,9% di seluruh Indonesia. Pandemi Covid-19 tentunya memberi tantangan tersendiri Policy juga menyayangkan hal serupa. Menurut organisasi ini, ketimbang menggunakan
24
bagi pelaksanaan ini. Pada gilirannya, penelitian ini menjadi penting, khususnya bagi pembuktian ilmiah dan ditopang oleh sains, perumusan kebijakan obat/narkotika di
upaya mengidentifikasi permasalahan dan mencari jalan keluar dari persoalan partisipasi banyak negara cenderung dilandasi oleh kajian-kajian yang bias, cherry-picking, dan tidak
K/L/D yang dirasa belum optimal. Pasalnya, tanpa partisipasi optimal dari seluruh elemen mengindahkan kajian-kajian terkini, bahkan dalam kasus tertentu, kebijakan tersebut
pemerintahan, maka strategi yang dirancang dan direkomendasikan penelitian ini tidak malah menjadi terpolitisasi.
akan berjalan dengan lancar. BNN sendiri sebenarnya sudah mulai mengarusutamakan penelitian sebagai
landasan pembuktian bagi perumusan kebijakan narkotika. Namun demikian, terlepas
3.2. URGENSI PRAKTIS dari progres tersebut fakta perkembangan yang teramat pesat dari riset-riset di seputar
narkotika tetap hampir mustahil untuk dikejar hanya dengan dua atau tiga riset saja.
Di sisi praktis keseharian dalam kehidupan bermasyarakat, penelitian ini juga Sebagai ilustrasi, dalam mesin pencarian dimensions.ai (platform maha data Google Cloud
dihadapkan pada kenyataan yang kelindannya menciptakan kondisi yang merisaukan. Di dan Big Query yang juga menyimpan data-data dari Google Scholar) saja, literatur yang
satu sisi, menguatnya jejaring mega-sindikat internasional sendiri sudah menjadi tantangan tercatat di indeks hanya untuk tahun 2020 saja bahkan sudah sampai di angka 16.306.
yang berat. Di sisi lain, peningkatan angka prevalensi, khususnya keterpaparan generasi Penelitian ini pada gilirannya berupaya untuk berkontribusi dalam menyambung dialog
muda, semakin meningkatkan derajat kerisauan. Perkaranya, temuan prekursor opiat antara kebijakan dengan perkembangan saintifik terkini di bidang narkotika.
sintetik, fentanil, di Myanmar menunjukkan bahwa narkotika opiat bisa jadi akan kembali
marak disalahgunakan di tanah air, seperti yang terjadi beberapa tahun lalu sebelum
metamfetamin/shabu mendominasi. Perlu diingatkan, adalah fentanil ini yang sampai hari
ini menjadi penyebab “krisis opiat Amerika Serikat” yang dalam 2019 saja sudah menelan
korban overdosis sampai 71.000 jiwa. Artinya, BNN/Indonesia memiliki perkerjaan rumah
ganda: menahan sebisa mungkin aliran peredaran narkotika jenis ini—dan lainnya—ke
dalam negeri, dan di sisi lain memperkuat ketahanan dan pertahanan diri masyarakat,
khususnya anak-anak muda agar terhindar dari paparan narkotika. Dalam konteks
demikian, penelitian Active Defense mencoba berkontribusi dalam menggariskan strategi
membangun ketahanan dan pertahanan sembari secara bersamaan mengupayakan
pencegahan.
22 Joanne Csete et al., “Public health and international drug policy,” The Lancet 387, no. 10026 (2016): 1427–80.
23 Dan Werb et al., “A call to reprioritise metrics to evaluate illicit drug policy,” The Lancet 387, no. 10026 (2016): 1371; The Lancet,
“Reforming international drug policy,” The Lancet 387, no. 10026 (2016): 1347.
21 Sekretaris Utama BNN, Sosialisasi Inpres Rencana Aksi Nasional P4GN (Slides Presentasi) (BNN, 2020). 24 Global Commission on Drug Policy, “Classification of Psychoactive Substances: When science was left behind,” 2019, 55.
28 Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) Laporan Akhir Desain Strategi Pertahanan Aktif (Active Defense) 29
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika
Dalam Pencegahan Peredaran Gelap Narkotika