Page 25 - Hubungan Indonesia Jepang dalam Lintasan Sejarah
P. 25

INDONESIA—JEPANG, 1900—1941 :
                       HUBUNGAN ANTARBANGSA DALAM PERSPEKTIF HISTORIS

            di  antaranya.  Menarik  untuk  membaca  sendiri  tulisan  Hatta  dalam  memoarnya.
                       4
            Hatta  pergi  ke  Jepang  dalam  perjalanan  bisnis  pamannya,    Ayub  Rais,  yang
            mengajaknya pada awal tahun 1933. Hatta menulis bahwa dirinya  dijuluki “Gandhi
            dari Jawa” oleh pers Jepang. Hatta dalam memoir mengatakan terkesan pada sikap
            sopan santu pelayan di hotel. Kunjungan ke paberik oto pada saat siswa melakukan
            praktis,  membongkar  oto  buatan  Ford  Amerika  Serikat,  mereka  memperhatikan
            bagian-bagiannya  kemudian  menyusunnya  kembali,  setelah  itu  seorang  guru
            memeriksa hasil siswanya, “terpikir dalam hatiku, cara beginilah Jepang mengejar
            ketertinggalannya  dari  Eropa  dan  Amerika.  Ditiru  lebih  dahulu  dan  kemudian
            dibuat sendiri dalam bentuk yang diperbaiki”.  Kehadiran Hatta di Jepang meskipun
                                                 5
            tidak dalam kaitan perjalanan resmi, telah dimanfaatkan Jepang untuk mengambil
            simpati.  Begitulah  misalnya  dengan  pendudukan  Jepang  ke  Mancuria,  yang
            merupakan  bukti  perwujudan  imperialisme,    maka  argumentasi  Jepang,  seperti
            disampaikan  kepada  Hatta,  mengapa  Jepang  merebut  Manchuria  dari  Tiongkok,
            (karena) Jepang takut, daerah itu akan diduduki oleh Soviet Rusia dan akan menjadi
                                                                              6
            pistol di dada Jepang seperti kedudukan Jerman sebelum Perang Dunia Pertama.
                    Catatan  Hatta  mengenai  Jepang,    menggambarkan  kemajuan  Jepang
            sebagai negara industri. Bangsa Jepang di mata Hatta, disiplin kerja keras, peniru
                                 7
            dan  akhirnya  berhasil.  Dalam  pandangan  Hatta  yang  lain,  orang  Jepang
            mendorong rakyat untuk yakin bahwa orang Indonesia mampu memerintah dirinya
            sendiri .  Dalam  kaitan  itu  Hatta  menulis  ”  …dentuman  meriam  di  Port  Arthur
                  8
            membuka  mata  pemuda-pemuda  Asia  dan  menanamkan  di  dalam  hatinya  suatu
            kepercayaan kepada suatu jaman yang akan datang. Dalam medan pertempuran
            Manchuria  tentara  raksasa  Rusia  dikalahkan  dan  dihancurkan  oleh  Jepang,  yang
            merupakan negara yang begitu kecil. Rundingan  perdamaian di Portsmouth pada
            Juni  1905  mengukuhkan  pandangan  itu  karena  telah  menerima  Jepang  sebagai
            negara yang penting. Hal itu dianggap oleh rakyat dunia Timur bukan saja sebagai
            pengakuan  atas  kemenangan  Jepang  terhadap  Rusia,  melainkan  pertama  kali
            sebagai  kemenangan  Asia  terhadap  Eropa.  Di  seluruh  dunia  cahaya  kebangunan
            nasional mulai bersinar di antara bangsa-bangsa tertindas dan terhina (Mohammad
            Hatta dalam Notosusanto, 1979:14).
                    Sementara itu orang Indonesia biasa juga mulai mengenal orang Jepang
            secara pribadi, umpamanya dalam hubungan antara pembeli dengan pemilik toko.
            Mereka  dapat  berbelanja  dengan  harga  terjangkau  karena  barang-barang  dari
            Eropa mahal. Dalam konteks ini Notosusanto  mengemukakan “ dari pengalaman
            pribadi  sebagai  anak  Batavia  (Jakarta)  sebelum  perang,  karena  orang  tua  saya
            sering  berbelanja  di  sebuah  toko  Jepang  di  sudut  Jalan  Kramat  Raya  dan  Jalan



                                             16
   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29   30