Page 55 - Grafis Islam 01-Islam, Tradisi dan Khazanah Budaya
P. 55
PERAYAAN
SEKATEN
DAN GREBEG
MAULUD
Istilah sekaten berasal dari kata syahadatain yang
berarti dua kalimat syahadat, "Aku bersaksi bahwa
tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan
Allah". Penyelenggaraan perayaan sekaten dimulai pada
masa Kerajaan Demak di bawah pimpinan Raden Patah
dengan bimbingan Wali Sanga untuk melestarikan
tradisi perayaan tahunan yang sudah ada pada masa
Majapahit. Atas kesepakatan dengan Wali Sanga,
tradisi itu dilaksanakan pada bulan Maulud tanggal
duabelas dengan maksud memperingati hari kelahiran
Nabi Muhammad. Masyarakat pun menyambut
dengan gembira. Wali Sanga kemudian memanfaatkan
Sekaten ini sebagai cara memperkenalkan Islam pada
masyarakat
Puncak acara dari perayaan Sekaten adalah grebeg
Maulud. Kata grebeg, dalam bahasa Jawa bermakna
suara angin menderu. Suatu prosesi yang diiringi atau
diantar oleh orang banyak. Upacara Grebeg di Keraton
dilaksanakan tiga kali dalam setahun, yaitu Grebeg
Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebeg Besar.
Pada Grebeg Maulud ditandai dengan keluarnya
sepasang gunungan dari Masjid Agung seusai didoakan
oleh ulama keraton. Masyarakat masih percaya bahwa
siapa pun yang mendapatkan gunungan itu, akan
dikaruniai kebahagiaan dan kemakmuran. Kemudian
Pawai
membawa tumpeng tersebut diperebutkan oleh ribuan warga
gamelan masyarakat yang meyakini bahwa dengan mendapat
Sekaten.
bagian dari tumpeng akan mendatangkan berkah. Selain
di Yogyakarta, grebeg maulud juga ada di Surakarta,
Banten, dan Cirebon.
Literasi Nasional
42