Page 82 - E-MODUL HORTIKULTURA
P. 82
bagi akar untuk menyerap unsur hara dan air, serta mengurangi pembentukan
senyawa-senyawa anorganik dalam tanah yang bersifat racun (Muchlas dan
Slameto, 2008: 6).
Proses pengolahan tanah pada lahan budidaya jahe
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara menggarpu dan mencangkul tanah
sedalam 30 cm, dibersihkan dari ranting-ranting dan sisa-sisa tanaman yang sukar
lapuk. Untuk tanah dengan lapisan olah tipis, pengolahan tanahnya harus hati-hati
disesuaikan dengan lapisan tanah tersebut dan jangan dicangkul atau digaru terlalu
dalam, sehingga tercampur antara lapisan olah dengan lapisan tanah bawah, karena
hal ini dapat mengakibatkan tanaman tumbuh kurang subur. Setelah tanah diolah
dan digemburkan, dibuat bedengan searah lereng (untuk tanah yang miring), dengan
sistem guludan atau dengan sistem parit. Lebar bedengan berkisar antara 60–120
cm, tinggi bedengan 25–30 cm, dan panjang bedengan menyesuaikan dengan
kondisi lahan dengan jarak antar bedengan 30 cm. Setelah dibuat bedengan atau
guludan, kemudian dibuat lubang tanam sedalam 5–7 cm (Muchlas dan Slameto,
2008: 6).
Dalam pelaksanaan pengolahan tanah, sebaiknya dilakukan pada saat musim
kemarau dengan cara dicangkul atau dibajak. Tahapan pengolahan tanah adalah
membajak, menghancurkan bongkah-bongkahan tanah, membuat
bedengan/guludan selebar 100–150 cm sesuai dengan kebutuhan, sehingga
nantinya dapat ditanami 4–5 baris jahe, membuat lubang tanam dengan kedalaman
± 20 cm. Kemudian baru diisi atau ditutup dengan tanah galian yang dicampur pupuk
kandang atau pupuk organis yang lainnya (Widaryanto dan Azizah, 2018: 109-110).
81