Page 78 - E-MODUL HORTIKULTURA
P. 78
kelembaban rimpang. Benih/rimpang yang sudah bertunas dengan tinggi mencapai
1–2 cm, siap ditanam di lapangan. Benih bertunas ini dapat beradaptasi langsung di
lapangan dan tidak mudah rusak. Rimpang yang sudah bertunas kemudian diseleksi
dan dipotong menurut ukuran. Untuk mencegah infeksi bakteri pada waktu
pemotongan, dilakukan perendaman di dalam larutan antibiotik dengan dosis
anjuran, kemudian dikeringanginkan (Muchlas dan Slameto, 2008: 5).
Bibit jahe berkualitas adalah bibit yang memenuhi mutu genetik, mutu
fisiologi (persentase daya tumbuh yang tinggi) dan mutu fisik. Mutu fisik pada bibit
jahe yaitu bibit harus bebas hama dan penyakit, kriteria yang harus dipenuhi untuk
mutu fisik antara lain bibit jahe yang dipilih berasal dari tanaman induk yang sehat
dan berumur 9-12 bulan, bibit jahe diambil langsung dari kebun (bukan dari pasar)
dan telah mengalami penyimpanan selama 1-1,5 bulan. Rimpang bakal bibit harus
dalam kondisi baik, kulit rimpang mulus (tidak terluka dan lecet), tidak memar, tidak
terserang penyakit layu bakteri, busuk rimpang dan hama lalat rimpang serta
mempunyai mata tunas. Volume kebutuhan bibit jahe per ha lahan adalah 1,2–3 ton,
tergantung jarak tanam, pola tanam dan jenis jahe yang ditanam (Hapsoh et al., 2010:
24).
Pemilihan benih adalah proses seleksi bahan tanaman. Tujuannya adalah
untuk menjamin stabilitas dan kepastian hasil budidaya tanaman. Benih yang
berkualitas harus mempunyai ciri-ciri:
a. Varietas unggul yang teridentifikasi dengan jelas asal usulnya
b. Merupakan spesies/varietas murni yang tidak tercampur;
c. Berasal dari tanaman induk yang sehat dan berumur 8 -10 bulan;
d. Tidak ada gejala penyakit layu, lalat rimpang dan kutu tempurung (Gambar 5.1);
e. Bila rimpang dipatahkan akan terlihat banyak serat;
f. Kulit kencang dan tidak mudah terkelupas;
g. Warna lebih mengkilat dan terlihat bernas;
h. Mempunyai berat antara 20-40 g (jahe merah/emprit), 20-60 g (jahe gajah);
i. Rimpang mempunyai 2-3 mata tunas;
77